Sumber: Associate Press | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Nestlé
Nestlé mengumumkan rencana PHK global sebanyak 16.000 pekerja untuk mengurangi biaya di tengah tekanan harga bahan baku dan tarif impor.
Lufthansa Group
Mengumumkan pengurangan 4.000 pekerjaan hingga 2030, seiring peningkatan penggunaan AI dan digitalisasi.
Novo Nordisk
Produsen Ozempic dan Wegovy ini akan memangkas 9.000 pekerja (11% tenaga kerja) sebagai bagian dari restrukturisasi.
ConocoPhillips
Raksasa minyak ini akan mem-PHK hingga seperempat tenaga kerjanya, memengaruhi 2.600–3.250 pekerja sebelum akhir 2025.
Intel
Intel memangkas puluhan ribu pekerjaan sebagai bagian dari upaya penyelamatan bisnis. Target karyawan tersisa pada akhir tahun ini: 75.000 orang, turun dari 99.500 tahun lalu.
Microsoft
Pada Mei, Microsoft memulai PHK terhadap sekitar 6.000 pekerja, disusul pemangkasan tambahan 9.000 posisi beberapa bulan setelahnya.
Procter & Gamble
Pada Juni, P&G menyatakan akan menghapus hingga 7.000 pekerjaan selama dua tahun ke depan (sekitar 6% tenaga kerja global).
Tonton: Kereta Wisata Jakarta–Sukabumi–Cianjur Dijadwalkan Meluncur Akhir Tahun Ini
Kesimpulan
Pasar tenaga kerja global sedang mengalami fase sulit. Meski beberapa perusahaan menghentikan perekrutan tanpa melakukan PHK besar, banyak korporasi besar justru memilih memangkas biaya operasional melalui pengurangan tenaga kerja—sering kali dikaitkan dengan otomatisasi, restrukturisasi, penurunan permintaan, dan pergeseran strategi ke AI. Kondisi ini memperburuk rasa khawatir pekerja dan pencari kerja, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi, tarif baru, dan tekanan politik. Jika tren ini berlanjut, lapangan kerja tradisional mungkin akan menyusut lebih cepat daripada munculnya peluang baru.













