kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.211   -78,00   -0,48%
  • IDX 7.076   -6,88   -0,10%
  • KOMPAS100 1.049   -1,52   -0,14%
  • LQ45 822   1,51   0,18%
  • ISSI 211   -1,32   -0,62%
  • IDX30 422   2,22   0,53%
  • IDXHIDIV20 504   3,37   0,67%
  • IDX80 120   -0,10   -0,09%
  • IDXV30 124   -1,25   -1,00%
  • IDXQ30 140   0,82   0,59%

Hati-hati! Mengupil Bisa Picu Alzheimer, Temuan Mengejutkan yang Mengkhawatirkan


Selasa, 07 Januari 2025 / 11:21 WIB
Hati-hati! Mengupil Bisa Picu Alzheimer, Temuan Mengejutkan yang Mengkhawatirkan
ILUSTRASI. Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang kompleks dan misterius, yang telah menarik perhatian para ilmuwan selama bertahun-tahun


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang kompleks dan misterius, yang telah menarik perhatian para ilmuwan selama bertahun-tahun. Meskipun usia menjadi faktor utama dalam peningkatan risiko penyakit ini, faktor-faktor lingkungan dan infeksi juga diyakini memiliki peran penting dalam perkembangannya.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan pada tahun 2022 memberikan wawasan baru yang mengejutkan, mengaitkan kebiasaan mengupil dengan peningkatan risiko Alzheimer.

Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di Griffith University, Australia, ini memeriksa kemungkinan hubungan antara kerusakan jaringan hidung akibat kebiasaan mengupil dan perjalanan bakteri ke otak yang dapat memicu gejala Alzheimer.

Penemuan Awal: Bakteri Chlamydia pneumoniae dalam Otak Tikus

Mengutip sciencealert, penelitian ini melibatkan bakteri Chlamydia pneumoniae, yang dikenal dapat menyebabkan pneumonia pada manusia. Penelitian sebelumnya juga mengidentifikasi bahwa bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang signifikan pada otak orang-orang yang menderita demensia dengan onset lambat.

Baca Juga: Terungkap! Ilmuwan Identifikasi Golongan Darah Baru Setelah Menjadi Misteri 50 Tahun

Bakteri ini, melalui hidung, dapat masuk ke otak dan memicu perubahan patologis yang menyerupai Alzheimer.

Para ilmuwan melakukan eksperimen pada tikus dengan menggunakan C. pneumoniae untuk meneliti apakah bakteri ini dapat bergerak melalui saraf olfaktori (saraf yang menghubungkan rongga hidung dengan otak).

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa bakteri ini dapat mencapai otak tikus dalam waktu 24 hingga 72 jam setelah terinfeksi, terutama setelah terjadi kerusakan pada epitelium hidung, yang merupakan lapisan tipis jaringan pada langit-langit rongga hidung.

Proses Kerusakan dan Pembentukan Plaque Amyloid-Beta

Selain infeksi saraf, kerusakan pada jaringan hidung juga memperburuk infeksi tersebut. Proses ini menyebabkan otak tikus mengeluarkan lebih banyak protein amyloid-beta, yang merupakan respons tubuh terhadap infeksi. Protein amyloid-beta ini dikenal sebagai komponen utama dari plak yang ditemukan dalam jumlah tinggi pada otak penderita Alzheimer.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa bakteri C. pneumoniae dapat langsung bergerak dari hidung menuju otak, dan dalam proses tersebut, menciptakan perubahan yang sangat mirip dengan patologi Alzheimer, yakni pembentukan plak amyloid-beta.

Penemuan ini memberikan petunjuk baru yang mungkin dapat menjelaskan bagaimana Alzheimer mulai berkembang pada sebagian orang.

Baca Juga: Tahun 2025 Menandai Generasi Beta, Ini Klasifikasi Generasi dalam Satu Abad Terakhir

Mengupil: Kebiasaan yang Tampaknya Sepele Namun Memiliki Potensi Bahaya

Meskipun mengupil sering dianggap sebagai kebiasaan yang tidak berbahaya, penelitian ini memberikan bukti bahwa kebiasaan tersebut dapat memicu kerusakan pada jaringan hidung, yang membuka jalur bagi bakteri untuk menuju otak.

St John, ilmuwan saraf dari Griffith University, menyatakan bahwa mereka adalah kelompok pertama yang menunjukkan bahwa C. pneumoniae bisa langsung mencapai otak melalui hidung dan memicu perubahan patologis yang menyerupai Alzheimer.

Meskipun penelitian ini dilakukan pada tikus, temuan ini sangat mengkhawatirkan bagi manusia, mengingat kebiasaan mengupil sangat umum dilakukan oleh sebagian besar orang, termasuk anak-anak dan dewasa.

Baca Juga: Eksplorasi Antariksa 2025 Dimulai, Misi-Misi Besar akan Mengubah Sejarah!

Para peneliti memperingatkan bahwa kebiasaan ini, yang tampaknya sepele, bisa berisiko karena dapat merusak jaringan pelindung hidung, sehingga memperbesar peluang bakteri untuk masuk ke otak.

Bukti yang Masih Memerlukan Penelitian Lanjutan

Meskipun temuan ini sangat menarik, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini hanya dilakukan pada tikus, dan belum ada bukti pasti bahwa proses yang sama akan terjadi pada manusia.

Selain itu, meskipun plak amyloid-beta ditemukan pada otak penderita Alzheimer, belum ada kesimpulan pasti apakah plak ini merupakan penyebab utama penyakit tersebut atau hanya akibat dari proses infeksi.

Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut yang melibatkan manusia sangat penting untuk mengonfirmasi apakah jalur yang sama berfungsi pada manusia seperti pada tikus.

Baca Juga: Anjing dan Kucing Juga bisa Terkena Diabetes, Kenali Tanda-tandanya

Potensi Temuan untuk Mengatasi Alzheimer

Studi ini memberikan wawasan penting mengenai bagaimana infeksi bakteri bisa memainkan peran dalam perkembangan Alzheimer. Jika temuan ini dapat dibuktikan pada manusia, maka ini bisa membuka jalan untuk pendekatan baru dalam pencegahan dan pengobatan Alzheimer.

Penelitian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan saluran pernapasan, termasuk menghindari kebiasaan yang dapat merusak jaringan hidung, seperti mengupil.

Para ilmuwan juga menekankan pentingnya mengeksplorasi lebih lanjut faktor-faktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada perkembangan Alzheimer. Dengan memahami mekanisme yang mendasari penyakit ini, kita bisa lebih siap dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin meningkat ini.

Selanjutnya: ICDX Catatkan Transaksi Komoditi Berbasis Syariah Rp 2,01 Triliun di 2024

Menarik Dibaca: Apa Itu Letterboxd yang Lagi Viral di TikTok? Pecinta Film Wajib Punya



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×