kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intelijen Mata-Mata Rusia Tuding AS Coba Ikut Campur dalam Pilpres


Selasa, 12 Maret 2024 / 08:06 WIB
Intelijen Mata-Mata Rusia Tuding AS Coba Ikut Campur dalam Pilpres
ILUSTRASI. Badan intelijen Rusia menuduh Amerika Serikat mencoba ikut campur dalam pemilihan presiden Rusia. Alexander Zemlianichenko/Pool via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Badan intelijen luar negeri Presiden Vladimir Putin pada Senin (11/3/2024) menuduh Amerika Serikat mencoba ikut campur dalam pemilihan presiden Rusia. 

Yakni dengan mengatakan bahwa Washington bahkan berencana melancarkan serangan siber terhadap sistem pemungutan suara online.

Mengutip Reuters, Putin, yang hampir pasti memenangkan pemilihan presiden pada 15-17 Maret, telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa segala upaya kekuatan asing untuk ikut campur dalam pemilu akan dianggap sebagai tindakan agresi.

Badan Intelijen Luar Negeri SVR Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memiliki informasi bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden bermaksud ikut campur dalam pemilu tersebut.

“Menurut informasi yang diterima oleh Badan Intelijen Luar Negeri Federasi Rusia, pemerintahan J. Biden menetapkan tugas bagi LSM-LSM Amerika untuk mengurangi jumlah pemilih,” kata SVR.

Dijelaskan pula, “Dengan partisipasi para pakar TI Amerika terkemuka, direncanakan untuk melakukan serangan siber terhadap sistem pemungutan suara elektronik jarak jauh, yang akan membuat penghitungan suara sebagian besar pemilih Rusia tidak mungkin dilakukan,” kata SVR.

Baca Juga: Vladimir Putin Marah Besar! Peringatkan Barat akan Risiko Perang Nuklir, Ada Apa?

SVR, penerus utama badan mata-mata luar negeri Direktorat Pertama KGB, tidak memberikan bukti apa pun atas pernyataannya. Belum ada reaksi langsung dari Washington.

Negara-negara Barat menganggap Putin sebagai seorang diktator, penjahat perang, dan pembunuh yang telah membawa Rusia ke dalam perampasan tanah bergaya kekaisaran yang telah melemahkan Rusia dan membentuk negara Ukraina, sekaligus menyatukan Barat dan memberikan misi pasca-Perang Dingin kepada NATO.

Putin menyebut perang Ukraina sebagai pertempuran eksistensial antara peradaban suci Rusia dan Barat yang arogan, yang menurutnya sedang mengalami kemunduran budaya, politik dan ekonomi dan berusaha mempermalukan Rusia setelah jatuhnya Uni Soviet.

Baca Juga: Putin Berjanji Bakal Tingkatkan Kemampuan Serangan Pasukan Khusus Rusia

Kremlin pada minggu lalu mengatakan bahwa Rusia tidak akan ikut campur dalam pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang. 

Kremlin juga menolak temuan Amerika bahwa Moskow mengatur kampanye untuk mempengaruhi pemilihan presiden AS pada tahun 2016 dan 2020.

Putin telah melontarkan serangkaian pernyataan mengenai pemilu AS, dengan mengatakan bahwa ia menganggap Joe Biden lebih disukai sebagai presiden AS berikutnya daripada Donald Trump.




TERBARU

[X]
×