kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -18.000   -0,91%
  • USD/IDR 16.308   10,00   0,06%
  • IDX 7.153   35,31   0,50%
  • KOMPAS100 1.043   7,83   0,76%
  • LQ45 800   4,88   0,61%
  • ISSI 232   1,89   0,82%
  • IDX30 415   0,30   0,07%
  • IDXHIDIV20 486   1,14   0,23%
  • IDX80 117   0,69   0,59%
  • IDXV30 120   0,40   0,33%
  • IDXQ30 133   0,12   0,09%

Israel Murka, Prancis Tutup Stan Senjata di Paris Airshow


Selasa, 17 Juni 2025 / 09:24 WIB
Israel Murka, Prancis Tutup Stan Senjata di Paris Airshow
ILUSTRASI. Seorang pekerja berjalan melewati logo Boeing sebelum pembukaan Pameran Udara Internasional Paris ke-55 di Bandara Le Bourget dekat Paris, Prancis, 13 Juni 2025. REUTERS/Benoit Tessier/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - PARIS/YERUSALEM. Pemerintah Prancis menutup stan utama perusahaan pertahanan Israel di ajang Paris Airshow pada Senin (16/6), setelah perusahaan-perusahaan tersebut menolak untuk menurunkan senjata ofensif dari pameran mereka.

Langkah ini memicu kemarahan dari pihak Israel dan memperkeruh ketegangan antara dua negara sekutu lama tersebut.

Stan milik Elbit Systems, Rafael, Israel Aerospace Industries (IAI), dan Uvision diblokir menggunakan partisi hitam sebelum pameran dirgantara terbesar di dunia itu dibuka.

Baca Juga: Paris Airshow 2025 Dibuka di Tengah Duka Kecelakaan di India dan Konflik Timur Tengah

Beberapa stan Israel lain yang hanya menampilkan informasi tanpa perangkat keras serta stan Kementerian Pertahanan Israel tetap dibiarkan terbuka.

Prancis, yang selama ini menjadi sekutu dekat Israel, mulai bersikap lebih keras terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkait aksi militer di Gaza dan intervensi di luar negeri.

Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa Prancis mendukung hak Israel untuk melindungi diri.

Namun, Macron juga menyatakan Prancis tidak merekomendasikan serangan terhadap Iran.

Kantor Perdana Menteri Prancis François Bayrou mengatakan telah menginformasikan seluruh peserta pameran bahwa senjata ofensif dilarang dipamerkan, dan Kedutaan Besar Israel di Paris disebut telah menyetujui hal itu.

Stan yang mematuhi aturan tersebut dapat kembali dibuka.

Baca Juga: OpenAI Menangkan Kontrak Pertahanan AS Senilai US$200 Juta

Bayrou mengatakan bahwa sikap diplomatik Prancis dan "keprihatinan mendalam terhadap situasi di Gaza" menjadi alasan utama larangan tersebut.

Namun, Kementerian Pertahanan Israel bereaksi keras.

“Keputusan ini sangat keterlaluan dan belum pernah terjadi sebelumnya, serta sarat dengan motif politis dan komersial,” bunyi pernyataan kementerian.

“Mereka bersembunyi di balik dalih politik untuk mengecualikan senjata ofensif Israel dari pameran internasional senjata yang bersaing langsung dengan industri pertahanan Prancis.”

Kementerian tersebut juga menyatakan akan mengajukan gugatan hukum atas keputusan tersebut.

Boaz Levy, CEO IAI, menyebut penggunaan partisi hitam itu mengingatkannya pada "masa kelam ketika orang Yahudi dikucilkan dari masyarakat Eropa."

Baca Juga: Dunia di Ambang Perang Dunia Ketiga? Pakar Ungkap Dua Skenario Pemicunya

"Tertangkap Basah"

Sumber dari pihak Israel menyebut mereka telah mengajukan daftar peralatan yang akan dipamerkan dan telah disetujui sebelumnya oleh panitia Prancis.

Namun, pada pukul 18.30 malam sebelum pembukaan pameran, delegasi Israel disebut baru diberitahu bahwa sejumlah peralatan melanggar pedoman terbaru.

Dua politisi Partai Republik dari AS yang hadir di pameran juga mengkritik langkah Prancis tersebut.

Gubernur Arkansas Sarah Huckabee Sanders menyebut keputusan itu “sangat absurd”, sementara Senator Katie Britt menilainya sebagai “kurang bijak.”

Meshar Sasson, Wakil Presiden Senior Elbit Systems, menuduh Prancis berupaya melemahkan persaingan.

Baca Juga: Ekspor Singapura Turun Tak Terduga 3,5% pada Mei, Ancam Prospek Ekonomi

"Kalau tak bisa kalahkan secara teknologi, ya disembunyikan saja, bukan? Itu intinya, karena tak ada penjelasan lain," katanya.

Rafael menyebut langkah Prancis itu sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya, tak berdasar, dan bermuatan politis.”

Ketegangan diplomatik ini mewarnai pembukaan Paris Airshow edisi dua tahunan yang tahun ini diliputi suasana duka karena kecelakaan pesawat Boeing 787 dan meningkatnya konflik di Timur Tengah.

Setiap dua tahun, Bandara Le Bourget disulap menjadi ajang pamer teknologi penerbangan dan pertahanan dengan deretan jet tempur, pesawat komersial, drone, dan senjata canggih yang dipajang di landasan maupun dalam ruang pamer.

Salah satu pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan stan pameran besar mengatakan kepada Reuters bahwa biaya untuk mendirikan stan besar dapat mencapai US$5 juta, termasuk ongkos pengiriman dan akomodasi staf.

Baca Juga: Iran-Israel Memanas! AS Kirim Pesawat Pengisian Bahan Bakar ke Eropa dan Timur Tengah

Pihak penyelenggara pameran menyatakan sedang mengupayakan mediasi agar “berbagai pihak dapat mencapai solusi yang menguntungkan.”

Kantor Bayrou mengimbau perusahaan Israel untuk “bertanggung jawab” dan mengikuti aturan jika ingin membuka kembali stan mereka.

Hingga akhir hari pertama (16 Juni), belum ada tanda-tanda stan yang ditutup akan dibuka kembali.

Selanjutnya: Surya Semesta Internusa (SSIA) Bagi Dividen Rp 70,57 Miliar, Cek Jadwal Lengkapnya!

Menarik Dibaca: Berupaya Menguat, IHSG Naik 0,6% Pada Perdagangan Selasa Pagi (17/6)


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×