Sumber: Global Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hubungan AS-China belakangan ini terlihat semakin memburuk. Perselisihan dalam hal kebijakan luar negeri, perdagangan, sampai masalah di Laut China Selatan membuat dunia khawatir.
Dari kubu China, sentimen anti-Amerika mulai muncul dan tumbuh semakin kuat. Pekan lalu survei dari Global Times menunjukkan bahwa lebih dari 90% masyarakat China tidak menyukai AS dan mendukung pemerintah China untuk melakukan pembalasan atas semua tudingan miring AS.
Sentimen negatif tersebut pastinya akan berdampak pada bisnis AS yang banyak tersebar di China, dan AS bisa saja kehilangan konsumen di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Secara umum orang-orang China tidak menyukai AS di masa lalu, tetapi tetap memandangnya sebagai sebuah negara yang mampu. Sejak pandemi melanda, pandangan orang berubah setelah melihat fakta bahwa AS tidak mampu mengendalikan penyebaran virus di negaranya sendiri.
Baca Juga: Penjualan ponsel di China menurun 35%, Huawei dan Apple mulai khawatir
Akibatnya, sejumlah perusahaan AS menderita kerugian besar pada paruh pertama tahun ini, dan pasar China yang luas jadi salah satu pasar penting bagi mereka.
Di kala pandemi Covid-19 mengacaukan kondisi ekonomi global, saat ini perekonomian China mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat sejak berhasil mengendalikan penyebaran virus pada kuartal kedua kemarin.
Dikutip dar Global Times, pertumbuhan PDB China di kuartal kedua adalah 3,2%, sementara negara besar lainnya masih mengalami penurunan yang signifikan. AS misalnya, Negeri Paman Sam ini mencatat penurunan PBD hingga 32,9% pada kuartal kedua kemarin.
Pasar China yang merupakan ladang keuntungan bagi sejumlah bisnis AS sekarang terasa semakin sulit ditembus menyusul sentimen negatif yang terus tumbuh. Banyak masyarakat China mulai memutuskan untuk tidak membeli lagi produk buatan AS.
Survei lain yang dilakukan Global Times pada bulan Juli lalu menunjukkan adanya penurunan minat warga China pada produk-produk yang berasal dari AS.
Baca Juga: Operasi militer AS-China di Laut China Selatan meningkat, Beijing ogah tembak duluan