kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konflik di Laut China Selatan Memanas, Filipina Mulai Berani Hadapi China


Kamis, 20 Juni 2024 / 04:55 WIB
Konflik di Laut China Selatan Memanas, Filipina Mulai Berani Hadapi China
ILUSTRASI. Sebuah kapal berbendera Filipina dihadang oleh kapal Penjaga Pantai Tiongkok dalam insiden yang mengakibatkan tabrakan antara kedua kapal, di perairan sengketa Laut Cina Selatan dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video selebaran yang dirilis pada 22 Oktober 2023. Penjaga Pantai China/Handout melalui REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

Menurut Edcel John Ibarra, ilmuwan politik dari Universitas Filipina, Marcos berisiko memprovokasi China, yang dapat merespons dengan hambatan non-tarif dan pembatasan pariwisata. 

Pada Mei lalu, China mengumumkan kebijakan baru yang memungkinkan penjaga pantai menahan orang asing tanpa pengadilan selama 60 hari.

Kebijakan transparansi Filipina telah mengejutkan negara-negara tetangganya, seperti Vietnam dan Malaysia, yang lebih berhati-hati dalam sengketa maritim dengan China. Diplomat Asia yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa Filipina telah menyusun strategi baru untuk menghadapi Beijing.

Baca Juga: Filipina Kian Berani Menghadapi China dalam Sengketa di Laut China Selatan

Aliansi dengan AS menjadi aspek kunci dari pendekatan Manila. Pada Mei lalu, kedua negara memperjelas bahwa perjanjian pertahanan mereka mencakup penjaga pantai. Marcos juga berpartisipasi dalam pertemuan puncak dengan AS dan Jepang pada April.

Beberapa cendekiawan China, seperti Zha Daojiong dari Universitas Peking, mengatakan bahwa situasinya menemui jalan buntu dan China akan tetap reaktif terhadap konflik di Second Thomas Shoal untuk menjaga klaim mereka.

Filipina terus mendorong diplomasi meskipun tantangan di Laut China Selatan tetap tinggi.



TERBARU

[X]
×