Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Menurut Edcel John Ibarra, ilmuwan politik dari Universitas Filipina, Marcos berisiko memprovokasi China, yang dapat merespons dengan hambatan non-tarif dan pembatasan pariwisata.
Pada Mei lalu, China mengumumkan kebijakan baru yang memungkinkan penjaga pantai menahan orang asing tanpa pengadilan selama 60 hari.
Kebijakan transparansi Filipina telah mengejutkan negara-negara tetangganya, seperti Vietnam dan Malaysia, yang lebih berhati-hati dalam sengketa maritim dengan China. Diplomat Asia yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa Filipina telah menyusun strategi baru untuk menghadapi Beijing.
Baca Juga: Filipina Kian Berani Menghadapi China dalam Sengketa di Laut China Selatan
Aliansi dengan AS menjadi aspek kunci dari pendekatan Manila. Pada Mei lalu, kedua negara memperjelas bahwa perjanjian pertahanan mereka mencakup penjaga pantai. Marcos juga berpartisipasi dalam pertemuan puncak dengan AS dan Jepang pada April.
Beberapa cendekiawan China, seperti Zha Daojiong dari Universitas Peking, mengatakan bahwa situasinya menemui jalan buntu dan China akan tetap reaktif terhadap konflik di Second Thomas Shoal untuk menjaga klaim mereka.
Filipina terus mendorong diplomasi meskipun tantangan di Laut China Selatan tetap tinggi.