Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar AS bergerak mendatar pada Rabu (3/12/2025), seiring pelaku pasar mulai mengambil posisi menjelang keputusan Federal Reserve minggu depan. Investor juga mulai memproyeksikan penurunan suku bunga AS pada 2026 yang berpotensi menekan kinerja greenback.
Pada perdagangan pagi, dolar Australia sempat menyentuh level tertinggi tiga pekan di US$0,6576, sebelum sedikit terkoreksi setelah data PDB Australia dirilis di bawah ekspektasi.
Baca Juga: Ekonomi Australia Tumbuh 0,4% pada Kuartal III 2025, Meleset dari Perkiraan
Sementara itu, euro menguat melewati moving average 50 hari setelah inflasi zona euro sedikit lebih tinggi dari perkiraan. Mata uang tunggal ini diperdagangkan di level US$1,1629 pada sesi Asia.
Di sisi lain, pasar lebih fokus pada reli tajam Bitcoin. Bitcoin melesat sekitar 6% dan kembali menembus US$91.000, mendorong minat risiko di berbagai kelas aset.
Yen Jepang stabil di 155,70 per dolar di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) bulan ini, berbanding terbalik dengan AS, di mana pasar menilai 85% peluang pemangkasan suku bunga The Fed minggu depan.
Sterling juga stabil di US$1,3222, begitu pula franc Swiss di 0,8022 per dolar, serta dolar Selandia Baru di US$0,5730.
Baca Juga: Anggaran Rp 640 Triliun! Taiwan Siapkan T-Dome Mirip Punya Israel untuk Lawan China
Menatap tahun depan, pasar mulai memperkirakan penurunan suku bunga AS hingga 90 basis poin sebelum akhir 2026, ditambah kemungkinan penunjukan penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, sebagai ketua The Fed berikutnya.
Hassett dikenal dekat dengan pemerintahan Donald Trump dan dipandang pro terhadap percepatan pemangkasan suku bunga.
Donald Trump mengatakan akan mengumumkan kandidat Ketua The Fed pada awal 2026.
Strategis Deutsche Bank, Tim Baker, menyampaikan bahwa dolar AS berpotensi melemah sekitar 2% sepanjang Desember, bulan yang secara historis memang cenderung negatif bagi dolar selama satu dekade terakhir.
Analis OCBC Singapura juga memperkirakan dolar akan semakin melemah hingga 2026, seiring penyempitan selisih suku bunga AS dengan negara lain.
Baca Juga: Sektor Jasa Jepang Tumbuh Stabil, PMI Naik ke Level 53,2
“Teorinya cukup sederhana,” kata Brent Donnelly, Presiden Spectra Markets.
“Pasar masih memegang posisi long dolar, namun dengan hadirnya calon Ketua Fed yang kemungkinan akan menjalankan kebijakan agresif, kondisi fiskal AS yang kurang baik, suku bunga tinggi yang segera turun, pola musiman pelemahan dolar, dan diferensial suku bunga yang melebar, saya memilih long EUR/USD dan NZD/USD.”













