Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Majelis Umum PBB mendesak agar gencatan senjata di Gaza segera dilakukan. Gencatan senjata antara Israel dan Hamas gagal tercapai dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pekan lalu karena AS menggunakan hak veto untuk membatalkannya.
Resolusi Majelis Umum PBB memang tidak mengikat, namun memiliki bobot politik yang tinggi dan mencerminkan aspirasi global terhadap sebuah masalah, dalam hal ini adalah konflik di Jalur Gaza.
Pengambilan keputusan oleh majelis ini akan dilakukan pada hari Selasa (12/12), sehari setelah 12 utusan Dewan Keamanan mengunjungi perbatasan Rafah di sisi Mesir, satu-satunya pintu keluar dan masuk yang aman bagi penduduk Gaza.
Sayangnya, AS yang menggagalkan gencatan senjata justru tidak mengirimkan perwakilannya dalam perjalanan tersebut.
Baca Juga: Gedung Putih Kecewa Israel Gunakan Bom Fosfor Putih di Lebanon
AS Semakin Terkucilkan
Bulan Oktober lalu, Majelis Umum PBB juga menyerukan adanya gencatan senjata kemanusiaan dengan segera yang dilakukan dalam jangka panjang dan berkelanjutan sehingga mampu mengarah pada penghentian permusuhan.
Resolusi tersebut diadopsi dengan 121 suara mendukung, 44 abstain, dan 14 negara menolak, termasuk AS.
Banyak yang meyakini bahwa pemungutan suara hari Selasa ini akan mendapat dukungan yang lebih besar. Richard Gowan, direktur PBB di International Crisis Group, meyakini bahwa posisi AS di komunitas internasional juga semakin terisolasi.
"Dengan setiap langkah yang diambil, AS terlihat semakin terisolasi dari opini arus utama PBB. Lamanya dan intensitas operasi Israel di Gaza membuat banyak anggota PBB yakin bahwa gencatan senjata adalah hal yang penting," kata Gowan, dikutip Reuters.
Baca Juga: Erdogan Sebut Netanyahu Berada di Ambang Kehancuran
Rancangan resolusi terbaru ini kabarnya juga mencakup desakan untuk pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat. Di dalamnya juga berisi desakan agar semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk mematuhi hukum internasional, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil.
Otoritas kesehatan Gaza pada hari Senin (11/12) melaporkan sedikitnya 18.205 orang tewas dan 49.645 lainnya luka-luka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober lalu.
Di saat yang sama, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza kini kehilangan tempat tinggal dan masih mencari perlindungan dalam keadaan kelaparan.