Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Inggris mulai memasok Ukraina dengan senjata anti-tank dan Kanada mengerahkan kontingen kecil pasukan khusus ke Kyiv di tengah kekhawatiran kemungkinan invasi oleh Rusia.
Perkembangan itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dengan marah menolak klaim AS pekan lalu, bahwa Moskow sedang mempersiapkan dalih untuk menyerang Ukraina jika diplomasi gagal memenuhi tujuannya.
Sementara Moskow, yang telah mengerahkan 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina, menyangkal rencana serangan terhadap Ukraina.
Rusia mengatakan, bisa mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan kecuali Barat menyetujui daftar tuntutan, termasuk melarang Ukraina bergabung dengan NATO.
Rusia memandang ekspansi NATO ke arah Timur sebagai ancaman eksistensial.
Baca Juga: Polandia: Perang Eropa yang Lebih Besar dalam 30 Tahun Terakhir Bisa Pecah
Tapi, Washington dan sekutunya dengan tegas menolak tuntutan Moskow dan negosiasi Rusia-AS di Jenewa dan pertemuan NATO-Rusia terkait di Brussels berakhir pekan lalu tanpa terobosan.
Sejak itu, Ukraina telah meminta senjata kepada negara-negara Barat untuk membantunya melindungi negaranya.
Berbicara di parlemen Inggris pada Senin (17/1), Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, Inggris telah "mengambil keputusan untuk memasok Ukraina dengan sistem senjata pertahanan anti-tank ringan".
Persenjataan pertama Inggris kirim pada Senin dan sejumlah kecil personel Inggris akan memberikan pelatihan untuk waktu yang singkat, menurut dia, tanpa memerinci jumlah dan jenis senjata yang dikirim.
Namun, seperti dikutip Al Jazeera, Wallace menambahkan, “Itu bukan senjata strategis dan tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia. Itu harus digunakan untuk membela diri".
Baca Juga: Peringatan Inggris: Jika Serang Ukraina, Barat Jatuhkan Sanksi Keuangan ke Rusia
“Ini adalah (senjata) jarak pendek, tapi bagaimanapun itu akan membuat orang berhenti sejenak dan berpikir apa yang mereka lakukan dan jika tank meluncur ke Ukraina, menyerangnya, maka mereka akan menjadi bagian dari mekanisme pertahanan,” ungkapnya.
Sementara Global News melaporkan seperti Al Jazeera lansir, Kanada telah mengirim pasukan khusus ke Ukraina.
Mengutip sumber, Global News mengatakan, unit tersebut akan mengidentifikasi cara untuk membantu Pemerintah Ukraina dan membantu mengembangkan rencana evakuasi bagi staf diplomatik Kanada jika terjadi invasi skala penuh.
Seorang juru bicara Komando Pasukan Operasi Khusus Kanada mengatakan, tidak bisa mengonfirmasi laporan tersebut, tetapi telah mendukung pasukan keamanan Ukraina secara berkala untuk memberikan pelatihan serta "instruktur dan keahlian kepemimpinan" sejak 2020.
Laporan itu muncul ketika Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly bertemu dengan Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal di Kyiv pada Senin selama kunjungan yang bertujuan untuk membahas upaya untuk mencegah "tindakan agresif" oleh Rusia.