Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - LONDON. Mantan Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, resmi bergabung kembali dengan Goldman Sachs sebagai penasihat senior.
Ia akan bekerja paruh waktu memberikan masukan kepada klien bank tersebut, memanfaatkan pengalaman dan wawasannya dalam bidang politik dan ekonomi global.
Goldman Sachs menyatakan bahwa Sunak juga akan berinteraksi dengan para karyawan di berbagai belahan dunia, guna mendukung budaya pembelajaran dan pengembangan berkelanjutan di perusahaan.
Mengutip BBC Internasional, Kamis (10/7) Posisi ini menandai kembalinya Sunak ke dunia keuangan setelah hampir dua dekade berkiprah di politik.
Baca Juga: Pasar Obligasi dan Saham RI Tetap Menarik di Tengah Revisi Peringkat Goldman Sachs
Ia pertama kali bekerja di Goldman Sachs sebagai analis dari tahun 2001 hingga 2004, setelah sempat menjalani program magang pada tahun 2000.
Setelah itu, ia ikut mendirikan perusahaan investasi internasional sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.
Sunak tetap menjabat sebagai Anggota Parlemen Konservatif untuk daerah pemilihan Richmond dan Northallerton di Yorkshire.
Sebagai bentuk komitmen sosial, gajinya dari Goldman Sachs akan disumbangkan ke The Richmond Project, badan amal yang ia dirikan bersama sang istri, Akshata Murty, untuk meningkatkan kemampuan berhitung di Inggris.
Namun, penunjukannya sebagai penasihat senior tidak lepas dari pengawasan. Komite Penasihat Penunjukan Bisnis (Acoba) menilai posisi Sunak membawa risiko potensi penyalahgunaan informasi dari masa jabatannya sebagai perdana menteri.
Baca Juga: Goldman Sachs Pangkas Peringkat Saham Indonesia, Dana Asing Bisa Kabur Lagi
Untuk itu, ia tidak diizinkan memberi nasihat kepada pemerintah asing atau dana kekayaan negara atas nama Goldman Sachs.
Ia juga dilarang memberi nasihat kepada klien yang memiliki hubungan langsung dengannya selama ia menjabat, serta tidak boleh melobi pemerintah Inggris atas nama bank tersebut.
Sunak mulai dikenal publik luas ketika menjabat sebagai Menteri Keuangan di bawah pemerintahan Boris Johnson, terutama saat mengumumkan kebijakan cuti dan bantuan ekonomi selama pandemi Covid-19.
Pengunduran dirinya dari posisi tersebut pada Juli 2022 memicu runtuhnya pemerintahan Johnson.
Setelah itu, ia menggantikan Liz Truss sebagai perdana menteri pada Oktober 2022, dan menjabat hingga Juli 2024, saat Partai Konservatif yang ia pimpin mengalami kekalahan pemilu terbesar dalam sejarah mereka.
Baca Juga: Goldman Sachs: Harga Minyak Bisa Sentuh US$ 85 Per Barel, Imbas Sanksi AS ke Rusia
Setelah meninggalkan jabatan perdana menteri, Sunak juga bergabung secara sukarela dengan dua lembaga akademik ternama: Blavatnik School of Government di Universitas Oxford dan Hoover Institution di Universitas Stanford.
Selain itu, sejak April 2024, ia telah memperoleh bayaran lebih dari £500.000 dari tiga kegiatan berbicara di berbagai forum.
Penunjukan Sunak di Goldman Sachs mempertegas tren di mana mantan pemimpin negara memanfaatkan pengaruh dan pengalaman mereka dalam dunia korporat dan akademik setelah meninggalkan panggung politik.