kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.561.000   59.000   2,36%
  • USD/IDR 16.798   4,00   0,02%
  • IDX 8.626   -20,13   -0,23%
  • KOMPAS100 1.194   -2,86   -0,24%
  • LQ45 855   -4,30   -0,50%
  • ISSI 308   -0,13   -0,04%
  • IDX30 438   -2,04   -0,46%
  • IDXHIDIV20 510   -3,22   -0,63%
  • IDX80 134   -0,52   -0,38%
  • IDXV30 138   -0,37   -0,27%
  • IDXQ30 140   -0,86   -0,61%

Nike Kehilangan Taji di Pasar China, Apa Penyebab Utamanya?


Selasa, 23 Desember 2025 / 08:44 WIB
Nike Kehilangan Taji di Pasar China, Apa Penyebab Utamanya?
ILUSTRASI. Nike kehabisan waktu untuk membuktikan bahwa strategi bisnisnya di China masih efektif untuk mendongkrak penjualan. Photo by Terrance Barksdale/Pexels


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Nike kehabisan waktu untuk membuktikan bahwa strategi bisnisnya di China masih efektif. Penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut di negara tersebut menegaskan bagaimana pasar yang dulu dipandang sebagai mesin pertumbuhan kini justru menjadi titik tekanan terbesar bagi raksasa pakaian olahraga asal Amerika Serikat itu.

Melansir Reuters, penjualan alas kaki Nike pada kuartal kedua anjlok 21% di China, pasar yang menyumbang sekitar 15% dari total pendapatan tahunan Nike.

“Sudah jelas kami perlu mengatur ulang pendekatan kami di pasar China,” ujar CEO Nike Elliott Hill dalam konferensi pasca-laporan kinerja pekan lalu.

Masalah Nike di China sebenarnya sudah berlangsung lama, dan investor sejak awal tidak berharap akan ada pemulihan cepat.

Namun, dorongan agresif Hill untuk menyegarkan lini produk dan memangkas produk gaya hidup lama belum menunjukkan kemajuan berarti, bahkan sekadar perbaikan bertahap seperti yang diharapkan investor.

Sebaliknya, tekanan terhadap margin semakin berat. Margin kotor kuartal kedua turun sekitar 300 basis poin, terdampak biaya tarif serta menumpuknya persediaan produk usang.

Saham Nike ditutup turun 11% ke level US$ 58,71 pada Jumat lalu, posisi terendah dalam tujuh bulan terakhir. Sepanjang tahun ini, saham Nike telah merosot 22% dan berada di jalur penurunan untuk tahun keempat berturut-turut.

Baca Juga: Trump Tegaskan AS Butuh Greenland untuk Keamanan Nasional, Tunjuk Utusan Khusus

Tantangan struktural di pasar China juga sangat jelas, di tengah persaingan yang semakin ketat dan kelelahan konsumen yang mendorong penurunan harga.

Hill mengakui Nike belum cukup berinvestasi untuk menyegarkan gerai-gerainya di China guna meningkatkan kunjungan pelanggan. Selain itu, lanskap ritel monobrand di China, di mana merek umumnya mengoperasikan toko sendiri, bukan melalui peritel pihak ketiga, membatasi kemampuan Nike untuk meniru dominasi multikanal yang dimilikinya di Amerika Serikat.

Sementara itu, segmen digital yang diharapkan menjadi motor pertumbuhan justru melemah. Penjualan online turun 36% seiring meningkatnya persaingan dari merek lokal seperti Anta dan Li-Ning.

“Mungkin ini faktor ekonomi, tapi besar kemungkinan sentimen negatif terhadap merek Barat masih berlanjut,” kata Kim Forrest, chief investment officer Bokeh Capital Partners.

“Produk Nike dengan logo swoosh secara terang-terangan menunjukkan apa yang Anda kenakan, sementara produk kelas atas tampaknya mulai tidak diminati. Ditambah kesalahan desain perusahaan, inilah yang menjelaskan hasil kuartal ini,” ujarnya.

Baca Juga: Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Selasa (23/12), Memanasnya Ketegangan AS–Venezuela




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×