Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING/SHANGHAI. Pembelian peralatan pembuat chip oleh Tiongkok akan menurun tahun ini setelah tiga tahun pertumbuhan.
Menurut perusahaan riset semikonduktor Kanada TechInsights, hal ini disebabkan karena industri chip China bergulat dengan kelebihan kapasitas dan menghadapi kendala yang lebih besar dari sanksi AS.
Melansir Reuters yang mengutip Kanada TechInsights, Tiongkok telah menjadi pembeli peralatan fabrikasi wafer terbesar setidaknya selama dua tahun terakhir, membeli peralatan senilai US$ 41 miliar dan menyumbang 40% dari penjualan global pada tahun 2024.
Namun tahun ini, menurut Boris Metodiev, analis manufaktur semikonduktor senior di TechInsights, belanja Tiongkok diperkirakan turun menjadi US$ 38 miliar, turun 6% dari tahun ke tahun. Selain itu, pangsa pembelian globalnya akan turun menjadi 20% dalam penurunan pertama sejak 2021.
"Kita dapat melihat beberapa perlambatan dalam belanja Tiongkok karena kontrol ekspor dan kelebihan kapasitas," katanya.
Baca Juga: Trump Berencana Gunakan Undang-Undang Perdagangan 1930 untuk Terapkan Tarif Balasan
Tiongkok merupakan pendorong pertumbuhan global untuk sektor peralatan fabrikasi wafer global pada tahun 2023 dan 2024, ketika pasar yang lebih luas mengalami penurunan karena permintaan elektronik konsumen yang merosot.
Banyak pembelian Tiongkok didorong oleh penimbunan karena AS mengenakan serangkaian sanksi dalam upaya untuk menghalangi kemampuan Beijing untuk mengakses dan memproduksi chip yang dapat membantu memajukan kecerdasan buatan untuk aplikasi militer atau mengancam keamanan nasional AS.
Tonton: China Mulai Menggerogoti Pangsa Pasar Industri Chip Taiwan
Perusahaan chip Tiongkok terus mengalami kemajuan. Meski pembuat chip terbesar Tiongkok SMIC dan Huawei dikenai sanksi AS, namun kedua perusahaan berhasil memproduksi chip canggih tahun lalu dengan menggunakan upaya yang lebih mahal dan melelahkan.