Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – KAIRO/JERUSALEM. Sedikitnya 27 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat tembakan pasukan Israel di dekat lokasi distribusi bantuan pangan di Rafah, Gaza selatan, Selasa (3/6).
Ini adalah hari ketiga berturut-turut kekacauan dan kekerasan mengganggu operasi kemanusiaan di wilayah yang porak-poranda akibat perang.
Baca Juga: PBB: Gaza Jadi Wilayah Paling Lapar di Dunia Akibat Blokade Bantuan oleh Israel
Militer Israel mengklaim pasukannya melepaskan tembakan kepada sekelompok orang yang dianggap mengancam karena meninggalkan jalur aman menuju pusat distribusi.
"Kami masih menyelidiki kejadian ini," kata militer Israel dalam pernyataan resmi.
Sementara itu, kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa menyebut hambatan terhadap akses bantuan pangan bagi warga sipil Gaza dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang.
Kepala badan HAM PBB, Volker Turk, mendesak dilakukan penyelidikan independen dan transparan atas insiden tersebut.
Baca Juga: AS Usulkan Gencatan Senjata Selama 60 Hari untuk Gaza
Red Cross: 184 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit
Juru bicara Palang Merah Internasional mengatakan rumah sakit lapangan mereka di Rafah menerima 184 korban luka, termasuk 19 orang yang sudah meninggal saat tiba, dan 8 lainnya meninggal karena luka.
Video yang beredar menunjukkan korban, termasuk seorang perempuan, dilarikan ke pusat medis menggunakan gerobak keledai.
Selain insiden di Rafah, pejabat kesehatan Palestina menyebut 18 warga Palestina lainnya tewas akibat serangan militer di berbagai wilayah Gaza sepanjang hari Selasa.
Baca Juga: Jerman Ancam Tindakan Terhadap Israel Terkait Konflik di Gaza
Distribusi Bantuan Penuh Kekacauan
Distribusi bantuan pangan yang dilakukan oleh Gaza Humanitarian Foundation, lembaga swasta yang didukung Israel, kembali menuai sorotan.
Lembaga ini menyalurkan 21 truk bantuan pada hari Selasa, namun menegaskan insiden berdarah tidak terjadi di dalam zona distribusi mereka.
“Ini berada di luar area aman kami. Kami imbau warga tetap berada di koridor aman saat menuju lokasi,” demikian pernyataan mereka.
Namun saksi mata menyebut suasana penyaluran sangat kacau tanpa pengawasan yang memadai.
"Ini benar-benar kekacauan dan penghinaan. Tapi orang-orang tak punya pilihan karena tak ada makanan di Gaza," ujar salah satu warga.
PBB dan sejumlah LSM kemanusiaan sebelumnya mengecam model distribusi yang dilakukan Gaza Humanitarian Foundation karena dinilai tidak memenuhi prinsip-prinsip kemanusiaan.
Baca Juga: Stok Obat-obatan WHO di Gaza Menipis, Operasi Terancam Tanpa Anestesi
Eskalasi Baru dan Evakuasi Massal
Insiden ini terjadi di tengah laporan 3 tentara Israel tewas di Gaza utara, dan militer kembali mengeluarkan perintah evakuasi baru di Khan Younis, Gaza selatan.
Warga diminta pindah ke wilayah pesisir Mawasi.
Namun, menurut pejabat Palestina dan PBB, tidak ada lagi tempat yang benar-benar aman di Gaza.
Otoritas kesehatan khawatir evakuasi ini akan membuat Rumah Sakit Nasser, fasilitas medis terbesar yang masih beroperasi di selatan, tidak bisa lagi berfungsi.
Baca Juga: Harapan Gencatan Senjata Pupus! Israel Target Kuasai 75% Wilayah Gaza dalam 2 Bulan
Perang Masih Jauh dari Usai
Israel memulai invasi militer ke Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.
Sejak itu, lebih dari 54.000 warga Palestina dilaporkan tewas. Sementara upaya gencatan senjata kembali buntu.
Israel menyetujui gencatan senjata sementara untuk pembebasan sandera, tapi Hamas menuntut akhir perang secara permanen dan penarikan total pasukan Israel dari Gaza.