kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.950.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.378   -34,00   -0,21%
  • IDX 7.504   -11,44   -0,15%
  • KOMPAS100 1.056   -4,21   -0,40%
  • LQ45 790   -6,62   -0,83%
  • ISSI 254   0,41   0,16%
  • IDX30 411   -3,85   -0,93%
  • IDXHIDIV20 469   -4,76   -1,00%
  • IDX80 119   -0,61   -0,51%
  • IDXV30 123   -0,93   -0,75%
  • IDXQ30 131   -1,44   -1,08%

Putin Ragukan Ultimatum Trump, Tetap Incar Empat Wilayah Ukraina


Selasa, 05 Agustus 2025 / 21:14 WIB
Putin Ragukan Ultimatum Trump, Tetap Incar Empat Wilayah Ukraina
ILUSTRASI. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan bilateral di puncak para pemimpin G20 di Osaka, Jepang, 28 Juni 2019. Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan tidak akan mengindahkan ultimatum Presiden AS Donald Trump yang memberi tenggat hingga Jumat.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan tidak akan mengindahkan ultimatum Presiden AS Donald Trump yang memberi tenggat hingga Jumat untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina. 

Putin tetap pada tujuannya merebut penuh empat wilayah Ukraina: Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, menurut sumber dekat Kremlin.

Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi baru dan tarif 100% kepada negara pembeli minyak Rusia, termasuk China dan India, jika Putin tak menyepakati gencatan senjata. 

Namun, Putin skeptis sanksi tambahan akan berdampak signifikan setelah lebih dari tiga tahun tekanan ekonomi. Meski tidak ingin merusak peluang perbaikan hubungan dengan AS, Putin lebih mengutamakan tujuannya di Ukraina.

Baca Juga: Ultimatum Trump: Putin Harus Setujui Gencatan Senjata Ukraina dalam 10 atau 12 hari

“Jika Putin berhasil menguasai empat wilayah itu, ia bisa menyatakan perang telah mencapai tujuannya,” kata James Rodgers, penulis buku The Return of Russia.

Negosiasi Rusia-Ukraina sejak Mei hanya membahas pertukaran kemanusiaan dan belum menghasilkan substansi. Rusia menginginkan Ukraina angkat kaki dari keempat wilayah tersebut, menetapkan status netral, dan membatasi kekuatan militernya, syarat yang ditolak Kyiv. 

Putin menyebut negosiasi itu “positif,” tapi prosesnya terhambat perbedaan mendasar kedua pihak.

Sebagai sinyal masih terbuka ruang kompromi, utusan Trump, Steve Witkoff, dijadwalkan mengunjungi Moskow minggu ini. Kunjungan ini menyusul memanasnya retorika kedua negara, termasuk keputusan Rusia mencabut moratorium atas rudal nuklir jarak menengah.

Sementara itu, Trump mulai menunjukkan ketidaksabaran terhadap Putin, menyebut pemboman Rusia di kota-kota Ukraina sebagai “menjijikkan.” Kremlin menolak mengomentari pernyataan Trump, meski menyatakan mencatatnya.

Baca Juga: Putin Beri Trump Ruang Mengklaim Kemajuan Perdamaian Ukraina

Perdana Menteri Ukraina, Yulia Svyrydenko, menyerukan tekanan internasional maksimum setelah serangan udara Rusia di Kyiv menewaskan 31 orang, termasuk lima anak. Juru bicara Gedung Putih menegaskan Trump berupaya menghentikan pembunuhan lewat sanksi dan tekanan keras.

Putin diyakini masih ingin memperbaiki hubungan dengan AS, namun tidak berniat menghentikan perang saat ini karena pasukan Rusia tengah bergerak maju. Ia juga khawatir rakyat dan militernya tidak akan memahami jika perang dihentikan saat momentum di tangan Rusia.

Rusia saat ini menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, dan dalam tiga bulan terakhir merebut 502 km², termasuk 5.000 km² sejak awal 2024. Meski kemajuan teritorial relatif kecil, Staf Umum Rusia memperkirakan garis depan Ukraina akan runtuh dalam dua hingga tiga bulan ke depan.

Analis Barat mengakui Rusia meraih kemajuan, meski perlahan dan dengan korban besar. Kondisi medan dan urbanisasi juga memperlambat gerak Moskow. Namun, di area lain, pasukan Rusia diperkirakan akan bergerak lebih cepat.

Sumber Kremlin menyebut ancaman sanksi Trump menyakitkan namun bukan bencana.

 Mereka meragukan Trump akan benar-benar menindaklanjutinya, mengingat pernah mengancam tapi kemudian mundur. Ada pula keraguan apakah China akan patuh pada tekanan Trump.

Baca Juga: Proposal Perdamaian AS: Donald Trump Usulkan Rusia Tetap Kuasai Wilayah Ukraina

Meski sanksi sebelumnya telah memukul pendapatan energi dan investasi asing Rusia, kemampuan militernya tetap terjaga. 

Dukungan amunisi dari Korea Utara dan komponen cadangan dari China memungkinkan produksi senjata terus meningkat. Kremlin pun berkali-kali menyatakan Rusia "kebal" terhadap sanksi.

Trump sendiri mengakui kecanggihan Rusia dalam menghindari sanksi. “Mereka cukup licik, jadi kita lihat nanti,” katanya.

Putin juga diketahui menolak tawaran AS pada Maret lalu, yang mencakup pencabutan sanksi, pengakuan atas Krimea, dan wilayah lain yang dikuasai sejak 2022 sebagai imbalan gencatan senjata. 

Sumber menyebut tawaran itu sebagai “peluang fantastis,” namun menghentikan perang dianggap jauh lebih sulit ketimbang memulainya.

Selanjutnya: Premi Asuransi Jiwa Masih Tertekan, Pengamat:Daya Beli Lemah & Minim Sentimen Positif

Menarik Dibaca: Jangan Tergiur Promo Murah! Ini 4 Tips Menghindari Penipuan Agen Perjalanan




TERBARU

[X]
×