Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan AS kesempatan untuk eksplorasi bersama atas endapan logam tanah jarang di negara itu, serta pasokan aluminium ke pasar domestik AS.
Hal ini dimungkinkan terjadi di bawah kesepakatan ekonomi masa depan.
Reuters melaporkan, Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan transaksi pembangunan ekonomi utama dengan Rusia akan segera terjadi.
Dalam waktu dua jam setelah pernyataan Trump, Putin memimpin rapat dengan para menteri dan penasihat ekonominya mengenai logam tanah jarang.
"Ngomong-ngomong, kami siap menawarkan (proyek bersama) dengan mitra Amerika kami, dan ketika saya mengatakan 'mitra', yang saya maksud bukan hanya struktur administratif dan pemerintahan, tetapi juga perusahaan, jika mereka menunjukkan minat dalam kerja sama," kata Putin di TV pemerintah setelah rapat.
Putin menambahkan, "Kami tidak diragukan lagi memiliki, saya ingin menekankan, sumber daya semacam ini jauh lebih banyak daripada Ukraina."
Ia menyebutkan bahwa potensi kesepakatan AS-Ukraina yang melibatkan logam tanah jarang tidak menjadi perhatian Rusia.
Menurut data Survei Geologi AS, Rusia memiliki cadangan logam tanah jarang terbesar kelima di dunia setelah Tiongkok, Brasil, India, dan Australia.
Baca Juga: Ukraina dan AS Sudah di Tahap Akhir untuk Kesepakatan Mineral Penting
Cadangan Rusia diperkirakan mencapai 3,8 juta metrik ton.
Logam tanah jarang digunakan untuk membuat magnet yang mengubah daya menjadi gerakan untuk kendaraan listrik, telepon seluler, sistem rudal, dan elektronik lainnya.
Rusia hanya menambang 2.500 ton konsentrat per tahun dan kekurangan kapasitas untuk pemrosesan.
Putin mengatakan bahwa potensi kesepakatan eksplorasi logam tanah jarang juga dapat diperluas ke deposit di wilayah di Ukraina timur yang dikuasai Rusia setelah tiga tahun aksi militer.
Putin mencatat bahwa perusahaan-perusahaan Rusia juga dapat memasok hingga 2 juta ton aluminium ke pasar AS setiap tahun jika pasar AS dibuka kembali.
Rusia biasa menyediakan hingga 15% dari impor aluminium AS sebelum bea masuk yang mahal diberlakukan pada tahun 2023.
"(Pasokan aluminium Rusia) ini tidak akan memengaruhi pembentukan harga secara signifikan. Namun, menurut pendapat saya, hal itu masih akan memiliki pengaruh yang menahan harga," kata Putin.
Baca Juga: 3 Tahun Perang Ukraina, Ini Sanksi Terbaru Uni Eropa untuk Rusia