Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Tak lama setelah itu, SpaceX mengumumkan kehilangan kontak dengan pesawat tersebut, dan komentator siaran langsung langsung menghubungkannya dengan kegagalan penerbangan sebelumnya.
“Sayangnya, ini terjadi juga pada penerbangan sebelumnya, jadi kami sudah punya pengalaman menghadapi ini,” ujar juru bicara SpaceX, Dan Huot, dalam siaran langsung.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis malam, SpaceX mengonfirmasi bahwa Starship mengalami "gangguan besar" di bagian belakangnya, menyebabkan beberapa mesin mati.
"Hal ini menyebabkan hilangnya kendali orientasi dan akhirnya mengakibatkan hilangnya komunikasi dengan Starship," ujar SpaceX.
Kontak terakhir dengan Starship terjadi sekitar 9 menit 30 detik setelah lepas landas.
SpaceX memastikan tidak ada material beracun dalam puing-puing yang jatuh.
Baca Juga: SpaceX Milik Elon Musk Menangkan Kontrak US$843 Juta untuk Deorbit ISS
Investigasi FAA dan Langkah Selanjutnya
Insiden serupa pada Januari lalu juga menyebabkan Starship meledak delapan menit setelah lepas landas, menyebarkan puing-puing ke wilayah Karibia dan menyebabkan kerusakan ringan pada sebuah mobil di Kepulauan Turks dan Caicos.
FAA, yang mengatur peluncuran roket swasta, menyatakan bahwa SpaceX harus mengidentifikasi penyebab kegagalan ini dan mendapatkan persetujuan sebelum Starship dapat terbang lagi.
Bulan lalu, FAA memberikan izin bagi SpaceX untuk melakukan uji coba penerbangan kedelapan, meskipun investigasi atas kegagalan sebelumnya masih berlangsung.
FAA menyatakan telah meninjau aplikasi lisensi SpaceX serta data awal dari investigasi insiden sebelumnya sebelum menyetujui penerbangan kali ini.
Pada uji coba ini, Starship dirancang untuk hampir mengorbit penuh mengelilingi Bumi sebelum memasuki kembali atmosfer di atas Samudra Hindia untuk melakukan pendaratan di air.
Simulasi ini merupakan langkah penting dalam pengembangan roket, yang di masa depan diharapkan dapat melakukan pendaratan di darat.