Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Malaysia akan mempertahankan hak dan kedaulatan Sabah dalam perundingannya dengan Indonesia terkait wilayah kaya minyak yang disengketakan di Laut Sulawesi.
Mengutip Channel News Asia (CNA), hal tersebut ditegaskan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat berkunjung ke Kota Kinabalu.
"Kami akan merundingkannya dengan benar, tanpa menyerah. Ini semua ada dalam pertemuan, bukan hanya pembicaraan rahasia," ujarnya seperti dikutip Malay Mail pada Minggu (3/8/2025).
Pernyataan Anwar tersebut merujuk pada diskusi dalam konsultasi tahunan ke-13 antara kedua negara yang digelar pada 29 Juli 2025.
"Kami akan melindungi setiap jengkal Sabah. Saya akan mempertahankan prinsip ini. Saya memilih untuk menjawab ini sekarang karena kami membela Sabah atas nama pemerintah federal," tambah Anwar.
Malaysia dan Indonesia memiliki klaim yang tumpang tindih atas blok laut ND6 dan ND7, yang disebut Putrajaya sebagai Laut Sulawesi dan Jakarta sebagai Ambalat.
Ketika Anwar dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto bertemu di Jakarta pada 27 Juni 2025 untuk mempersiapkan konsultasi tahunan, mereka sepakat untuk bersama-sama mengembangkan wilayah tersebut.
Baca Juga: Malaysia Setuju Tingkatkan Impor Teknologi dan LNG dari AS Senilai US$150 Miliar
Diharapkan kedua negara dapat menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah bilateral yang telah berlangsung lama, dengan rincian lebih lanjut mengenai pengembangan bersama tersebut kemungkinan akan muncul dari pertemuan para pemimpin sebulan kemudian.
Namun, ketika anggota parlemen dari Sabah, negara bagian Malaysia yang paling dekat dengan wilayah yang disengketakan, menanyai Anwar di parlemen pada 22 Juli, perdana menteri menekankan bahwa belum ada kesepakatan akhir yang dicapai, karena diskusi masih berlangsung.
Namun, para analis mengatakan kepada CNA bahwa prospek pengembangan bersama Malaysia-Indonesia masih terbuka sambil menunggu negosiasi lebih lanjut, terlepas dari pertanyaan dari Sabah dan bagaimana opsi ini tidak disebutkan dalam pernyataan bersama konsultasi tahunan yang dirilis pada 29 Juli.
Dalam pernyataan tersebut, para pemimpin menyambut baik kemajuan yang berkelanjutan dalam negosiasi mengenai penetapan batas maritim, dan menegaskan kembali pentingnya lembaga-lembaga terkait mempertahankan keterlibatan yang konstruktif dan koordinasi yang erat.
Baca Juga: Hasil Kesepakatan Dagang, Malaysia Belanja Peralatan dari Amerika US$ 150 Miliar
Berbicara setelah pertemuan kedua pemimpin, Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono mengatakan kedua negara masih dalam tahap perundingan penjelasan mengenai Ambalat.
"Secara teknis, masih panjang," ujarnya, seraya menambahkan bahwa hal-hal teknis akan dibahas oleh kementerian terkait.
Analis Adib Zalkapli dari konsultan geopolitik Viewfinder Global Affairs mengatakan kedua negara bisa saja memilih untuk tidak menyebutkan pengembangan Ambalat bersama dalam pernyataan bersama karena diskusi yang masih berlangsung.
“Salah satu kemungkinannya adalah karena kedua belah pihak masih merundingkan aspek teknis perjanjian, sehingga pernyataan publik apa pun dari para pemimpin akan kontraproduktif,” ujarnya kepada CNA.
Adib menambahkan, “Dalam merundingkan masalah perbatasan atau pengembangan bersama di wilayah sengketa, tantangan terbesar adalah detail teknis dan pengaturan komersial, bukan politik dalam negeri.”
Tonton: Pertamina Siap Garap Sengketa Blok Migas Ambalat, Buka Opsi Libatkan Malaysia
Anwar mengatakan pada hari Minggu bahwa diskusi Malaysia dengan Indonesia mengenai sengketa Ambalat merupakan pertanda persahabatan yang baik.
“Ini adalah masalah perbatasan antara dua negara, dan Indonesia adalah sekutu. Presiden Prabowo adalah teman pribadi saya, teman keluarga. Saya ingin ini menjadi hubungan yang baik,” ujarnya.