kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak ada plan B, dokter di Italia berharap ada tanda lockdown berfungsi


Kamis, 19 Maret 2020 / 07:45 WIB
Tidak ada plan B, dokter di Italia berharap ada tanda lockdown berfungsi
ILUSTRASI. Penumpang menggunakan masker untuk pencegahan virus corona di bandara Roma, Italia.


Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat

Dr. Giorgio Palu, seorang profesor virologi dan mikrobiologi dari Universitas Padova mengatakan kepada CNN, ia berharap untuk melihat tanda-tanda pertama perubahan setelah lebih dari seminggu di seluruh negeri dikunci, tapi itu belum terwujud.

"Kemarin kami memperkirakan akan ada perubahan setelah hampir 10 hari dari langkah baru ini ... tapi itu masih meningkat," katanya kepada CNN. "Jadi kupikir kita tidak bisa membuat prediksi hari ini."

Tapi dia percaya, tidak ada alternatif lain selain lockdown selama semua orang mau bekerja sama dengan itu.

Baca Juga: Ledakan korban kasus corona di Italia: 475 tewas hanya dalam 24 jam

Kata Palu, lockdown seharusnya lebih luas dan lebih ketat sebelumnya dan itu harus lebih ketat sekarang. "Kita seharusnya melakukan lebih banyak tes diagnostik di Lombardy di mana ada nukleus besar. Tidak ada gunanya mencoba pergi ke supermarket seminggu sekali. Kamu harus membatasi waktumu, isolasi adalah kuncinya," imbuhnya.

Alessandro Grimaldi, direktur penyakit menular di Rumah Sakit Salvatore di L'Aquila mengatakan,  satu-satunya cara untuk berjuang untuk menjaga sistem perawatan kesehatan dari kehancuran total adalah dengan meningkatkan sumber daya. "Mungkin pemerintah seharusnya memikirkan hal ini sebelumnya, bersiaplah lebih baik," katanya.

Grimaldi juga setuju bahwa satu-satunya cara lockdown akan menuai manfaat adalah jika diberlakukan dengan ketat. "Melawan musuh seperti ini sulit bagi semua orang. China menunjukkan kepada kami bahwa Anda perlu mengambil tindakan drastis. Italia adalah yang pertama menghentikan penerbangan ke China, negara pertama di Eropa yang melakukan penguncian."

Alessandro Vergallo, spesialis anestesi dan perawatan intensif, mengingatkan bahwa kembali ke keadaan normal tidak akan terjadi selama berbulan-bulan. "Kemarin kami mencoba menafsirkan kapan perataan kurva akan terjadi. Karena itu adalah virus yang tidak dikenal, sulit untuk menafsirkan data. Kami berharap pada 26 Maret, kita akan melihat penurunan jumlahnya," katanya kepada CNN.

Baca Juga: Ada 55 kasus corona baru di Indonesia hari ini, jadi rekor kenaikan harian tertinggi




TERBARU

[X]
×