Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Presiden AS Donald Trump menggelar makan malam dengan perdana menteri Qatar di New York pada hari Jumat (12/9/2025), beberapa hari setelah sekutu AS, Israel, menyerang para pemimpin Hamas di Doha.
Israel berupaya membunuh para pemimpin politik Hamas dengan serangan di Qatar pada hari Selasa. Serangan tersebut berisiko menggagalkan upaya yang didukung AS untuk menengahi gencatan senjata di Gaza dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir dua tahun.
Serangan itu dikecam luas di Timur Tengah dan sekitarnya sebagai tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan yang sudah tegang.
Mengutip Reuters, Sabtu (13/9/2025), Trump menyatakan kekesalannya terhadap serangan tersebut melalui panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan berusaha meyakinkan Qatar bahwa serangan semacam itu tidak akan terjadi lagi.
Baca Juga: Trump Akan Bertemu Perdana Menteri Qatar Pasca Serangan Israel di Doha
Trump dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani didampingi oleh penasihat utama Trump, utusan khusus AS Steve Witkoff.
"Makan malam yang luar biasa bersama Potus. Baru saja berakhir," ujar Wakil Kepala Misi Qatar, Hamah Al-Muftah, di X.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa makan malam tersebut telah berlangsung, tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut.
Sesi tersebut menyusul pertemuan selama satu jam yang dilakukan al-Thani di Gedung Putih pada hari Jumat dengan Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio.
Sebuah sumber yang mendapatkan pengarahan mengenai pertemuan tersebut mengatakan bahwa mereka membahas masa depan Qatar sebagai mediator di kawasan tersebut dan kerja sama pertahanan setelah serangan Israel terhadap Hamas di Doha.
Trump mengatakan ia tidak senang dengan serangan Israel, yang ia gambarkan sebagai tindakan sepihak yang tidak memajukan kepentingan AS maupun Israel.
Washington menganggap Qatar sebagai sekutu kuat di Teluk. Qatar telah menjadi mediator utama dalam negosiasi jangka panjang untuk gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza, untuk pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza, dan untuk rencana pascakonflik bagi wilayah tersebut.
Baca Juga: Menteri Energi AS: Trump Prioritaskan Akhiri Perang Ukraina Daripada Sanksi LNG Rusia
Al-Thani menyalahkan Israel pada hari Selasa karena mencoba menyabotase peluang perdamaian, tetapi mengatakan Qatar tidak akan terhalang dari perannya sebagai mediator.
Serangan Israel di Gaza sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 64.000 orang, menurut pejabat kesehatan Palestina, sementara hampir seluruh penduduk Gaza terpaksa mengungsi dan memicu krisis kelaparan. Banyak pakar dan akademisi hak asasi manusia mengatakan serangan militer Israel di Gaza merupakan genosida.
Israel telah menolak pernyataan tersebut. Israel melancarkan serangan di Gaza setelah serangan oleh militan pimpinan Hamas yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel. Israel juga telah mengebom Lebanon, Suriah, Iran, dan Yaman selama konflik Gaza.