Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Kementerian Perdagangan Korea Selatan mengungkapkan, utusan perdagangan utama Korea Selatan, Yeo Han-koo, akan berangkat menuju Amerika Serikat pada Senin (15/9/2025) untuk negosiasi tarif lanjutan. Kedua negara berupaya mengatasi hambatan untuk menyelesaikan kesepakatan dagang yang disepakati pada bulan Juli.
Mengutip Reuters, Senin (15/9/2025), rincian perjanjian perdagangan yang luas masih perlu dibahas, terutama terkait dana investasi sebesar $350 miliar.
Para pejabat di Seoul mengatakan perundingan ditunda karena ketentuan yang diuraikan dalam perjanjian perdagangan serupa yang dicapai Jepang dengan AS tidak dapat diterima oleh Korea Selatan karena implikasinya terhadap pasar valuta asing.
Baca Juga: Inflasi Korea Selatan Agustus Melambat ke 1,7%, Terseret Tarif Telekomunikasi
Kim Yong-beom, penasihat kebijakan kepresidenan utama Korea Selatan, mengatakan pekan lalu bahwa perundingan menemui jalan buntu terkait masalah valuta asing, yang memicu kekhawatiran atas dampak terhadap cadangan devisa asing dari penerapan paket investasi senilai US$ 350 miliar.
Kementerian Keuangan mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka sedang membahas berbagai langkah dengan AS untuk meminimalkan dampak paket investasi tersebut terhadap pasar valuta asing, tetapi menolak untuk mengonfirmasi apakah langkah-langkah tersebut termasuk jalur pertukaran valuta asing.
Kunjungan Yeo dilakukan setelah Menteri Perindustrian Kim Jung-kwan baru-baru ini kembali dari Washington setelah berunding dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick.
"Kami bekerja keras untuk mencapai hasil yang wajar dan memenuhi kepentingan nasional kami," ujar Yeo kepada wartawan di bandara sebelum berangkat ke Amerika Serikat.
Ia juga menegaskan kembali bahwa Korea Selatan tidak berniat untuk lebih membuka pasar pertanian.
Ketidakmampuan Menteri Perindustrian Kim untuk membuat kemajuan dalam perundingan perdagangan selama kunjungannya ke AS telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negosiasi telah menemui jalan buntu, menurut laporan media lokal.
Kim tidak merinci negosiasi perdagangan tersebut selain mengatakan bahwa negosiasi tersebut masih berlangsung ketika ditanya oleh wartawan tentang kunjungan terakhirnya ke AS.
Baca Juga: Bursa Korea Selatan Tembus Rekor Kamis (11/9), Usai Rencana Kenaikan Pajak Dibatalkan
Kementerian Perdagangan tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Ketika ditanya apakah perundingan akan diperpanjang, juru bicara kepresidenan Kang Yu-jung mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintah akan bernegosiasi dengan Washington hingga mencapai hasil yang memaksimalkan kepentingan nasional Korea Selatan, termasuk dalam hal cadangan devisa dan perlindungan perusahaan.
Presiden Lee Jae Myung pekan lalu mengatakan bahwa ia tidak akan menandatangani perjanjian apa pun dengan AS jika hal itu membahayakan kepentingan nasional Korea Selatan.
"Jika tidak menguntungkan kita, tidak ada gunanya menandatanganinya," ujar Lee dalam konferensi pers.
Negosiasi tarif sedang berlangsung di saat kedua negara sedang berusaha memperbaiki hubungan yang tegang setelah penggerebekan imigrasi AS baru-baru ini di mana ratusan pekerja Korea ditangkap di pabrik baterai Hyundai Motor di negara bagian Georgia, salah satu proyek investasi AS terbesar di Korea Selatan.
Foto-foto penggerebekan di mana para pekerja ditahan dengan borgol dan belenggu oleh otoritas imigrasi AS telah mengejutkan banyak orang di Korea Selatan, sekutu penting AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa ia ingin perusahaan asing mendatangkan tenaga profesional mereka untuk mengajar dan melatih warga Amerika agar dapat mempelajari cara membuat produk yang kompleks seperti chip dan kapal.
"Saya ingin mereka (perusahaan asing) mendatangkan tenaga ahli mereka untuk sementara waktu guna mengajar dan melatih warga kami cara membuat produk yang sangat unik dan kompleks ini," kata Trump di platform Truth Social miliknya.
"Saya tidak ingin menakut-nakuti atau menghalangi investasi ke Amerika oleh negara atau perusahaan asing," ujarnya.