kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank besar China hadapi perangkap dividen di saat pandemi corona


Rabu, 29 April 2020 / 16:51 WIB
Bank besar China hadapi perangkap dividen di saat pandemi corona
ILUSTRASI. Kantor ICBC di China. Bank besar China hadapi perangkap dividen di saat pandemi corona. REUTERS/Jason Lee/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Di saat di berbagai belahan dunia terjadi pemangkasan dividen, bank-bank besar China yang dikendalikan oleh pemerintah justru menjanjikan pembayaran dividen sebesar US$ 42 miliar.

Industrial & Commercial Bank of China Ltd (ICBC) dan tiga perusahaan bank besar lainnya mengembalikan lebih dari 30% dari laba yang diperoleh pada tahun 2019 kepada pemegang sahamnya. Itu menyiratkan hasil dividen rata-rata lebih dari 6% atau hampir dua kali lipat dari yang ditawarkan pesaingnya di Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Laba tiga bank Singapura ini diramal turun hingga 28% di kuartal I 2020

Namun, adanya potensi kerugian triliun rupiah yang bakal dihadapi keempat bank tersebut akibat dampak virus corona (Covid-19) menimbulkan perdebatan apakah para pemberi pinjaman terbesar di China itu harus mempertahankan pembayaran dividen guna menjaga investor, terutama pemerintah.

Nicholas Zhu, analis Moody's Investor Service di Beijing mengatakan, mempertahankan pembayaran dividen yang tinggi adalah bagian dari tanggung jawab sosial bank-bank Cina, terutama saat anggaran fiskal ketat seperti saat ini.

Tetapi dampak virus corona akan menggerogoti modal mereka secara perlahan dan bertahap. "Oleh karena itu setiap pengurangan dividen akan datang sebagai proses bertahap daripada pengobatan kejut," kata Zhu dikutip Bloomberg, Rabu (29/4).

Sementara di Inggris dan Denmark, bank-bank telah membatalkan dividen sesuai permintaan dari regulator. Pembayaran dividen di Swiss dan Australia terpukul saat regulator mendorong bank untuk menjaga kecukupan modal. Adapun di AS, delapan bank raksasa negara itu, termasuk JPMorgan Chase & Co tetap melakukan pembayaran dividen tetapi telah membatalkan buyback saham untuk mendukung klien dan negara selama pandemi.

Baca Juga: Diam-diam JD.com ajukan dual listing di Bursa Hong Kong

Pada akhirnya, akan terjadi tarik menarik prioritas dalam penyesuaian pembayaran dividen di China. Departemen Keuangan dan dana kekayaan negara China mengendalikan lebih dari dua pertiga saham empat bank besar di China ingin tetap mempertahankan pembayaran dividen. Sedangkan regulator perbankan, seperti halnya mitranya di luar negeri, biasanya lebih fokus pada penyangga modal dan stabilitas keuangan.

Sumber Bloomberg mengatakan, sejauh ini regulator belum meminta bank-bank besar China untuk menyesuaikan dividen mereka saat ini. Namun, survei terbaru yang dilakukan regulator menyebutkan penurunan deviden yang dilakukan satu bank besar merupakan salah satu cara membantu meningkatkan kekuatan keuangannya.

Sebelumnya, bank-bank terbesar di Cina telah mengurangi dividen. Pada 2015, mereka memangkas rasio dividen jadi 30% dari 33% karena terpukul akibat kenaikan kredit macet dan pertumbuhan laba yang mandek ketika ekonomi Tiongkok melambat. ICBC dan China Construction Bank Corp melaporkan pertumbuhan laba di bawah 1% pada tahun 2015.

Baca Juga: Efek corona, harga mobil di lelang turun tapi tak ada pembeli

Situasinya saat ini bahkan akan lebih mengerikan. UBS Group Inc meramalkan bahwa industri perbankan China dapat mengalami penurunan laba sebesar 39% tahun ini meskipun ada dukungan pemerintah dalam menekan kredit macet. Itu sesuatu hal yang belum pernah terjadi.

Menurut Analis di S&P Global Inc, dengan dukungan pemerintah itupun laba mereka bisa jatuh hingga 70%. Krisis kesehatan yang berkepanjangan diprediksi dapat menambah 5,6 triliun yuan kredit macet di China.

Tahun lalu, stress test yang dilakukan otoritas perbankan China menunjukkan bahwa 17 dari 30 bank terbesarnya gagal mempertahankan modal pada tingkat yang memadai saat pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 4,15%. Sementara menurut Survei Bloomberg, ekonomi China bisa tumbuh kurang dari 2% tahun ini.

Baca Juga: Usai Corona, Cina Diprediksi Tetap Jadi Pemasok Utama Global




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×