Sumber: NDTV | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu kontroversi setelah mengunggah video buatan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan Barack Obama "ditangkap" oleh FBI di Oval Office.
Video tersebut diposting melalui akun resmi Trump di platform Truth Social pada Senin (waktu setempat), tanpa penjelasan bahwa konten tersebut adalah fiktif.
Obama "Ditangkap" di Oval Office: Video AI yang Menghebohkan
Dalam video berdurasi singkat itu, awalnya terdengar suara Obama yang mengatakan, "especially the President is above the law." Selanjutnya, klip menampilkan berbagai politisi AS menyatakan bahwa “no one is above the law.”
Kemudian, video berubah menjadi simulasi AI yang menunjukkan Obama sedang diborgol oleh dua agen FBI di dalam Oval Office—kantor kepresidenan yang dulu pernah ia duduki. Sementara itu, Trump digambarkan sedang duduk dan tersenyum menyaksikan proses "penangkapan".
Video ditutup dengan adegan Obama berdiri di dalam penjara, mengenakan seragam oranye khas narapidana.
Baca Juga: Trump Diprediksi Bakal Bertemu Xi Oktober Mendatang, Ini Informasinya
Tidak Ada Penjelasan Fiktif, Trump Dikritik
Video yang tidak disertai keterangan bahwa itu bukan nyata ini langsung menuai kecaman dari berbagai pihak. Para pengkritik menyebut Trump telah bertindak "sangat tidak bertanggung jawab", terutama mengingat posisinya sebagai presiden dan dampak potensial terhadap persepsi publik.
Langkah ini juga dinilai memperkeruh situasi politik domestik yang sudah memanas menjelang pemilu presiden mendatang.
Latar Belakang: Tuduhan Trump soal “Kudeta” dan “Kecurangan Pemilu”
Kontroversi ini muncul hanya beberapa pekan setelah Trump menuduh mantan Presiden Obama melakukan “penipuan tingkat tinggi dalam pemilu”. Ia menyebut bahwa para pejabat era Obama merekayasa teori kolusi Trump-Rusia pasca Pilpres 2016.
Pernyataan ini diperkuat oleh Direktur Intelijen Nasional AS (DNI), Tulsi Gabbard, yang menyebut memiliki bukti kuat dan mengejutkan terkait upaya mantan pejabat era Obama untuk menghalangi kemenangan Trump. Ia bahkan menyerukan agar dilakukan pengadilan terhadap pemerintahan Obama.
Baca Juga: 10 Barang Ini Harganya Bakal Melonjak Gara-Gara Tarif Trump, Apa Saja?
“Rakyat Amerika akhirnya akan mengetahui kebenaran tentang bagaimana pada 2016, intelijen dipolitisasi dan digunakan sebagai senjata oleh orang-orang paling berkuasa di pemerintahan Obama,” tulis Gabbard di X (sebelumnya Twitter).
Laporan ODNI Bertentangan dengan Klaim Trump
Namun, dokumen setebal 114 halaman yang dirilis oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) menunjukkan temuan berbeda. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa sebelum pemilu 2016, komunitas intelijen menilai Rusia kemungkinan tidak mencoba memengaruhi hasil pemilu melalui dunia maya.
Dalam draf brief presiden pada 8 Desember 2016, disebutkan bahwa Rusia tidak memengaruhi hasil pemilu melalui aktivitas siber terhadap infrastruktur pemilu AS.