kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Dunia Sebut Enam Negara Pasifik Ini Berisiko Mengalami Kesulitan Utang


Kamis, 18 Mei 2023 / 15:47 WIB
Bank Dunia Sebut Enam Negara Pasifik Ini Berisiko Mengalami Kesulitan Utang
ILUSTRASI. Logo Bank Dunia


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WELLINGTON. Bank Dunia pada hari Kamis (18/5) melaporkan bahwa ada enam negara kawasan Pasifik yang berisiko mengalami kesulitan utang. Kondisi ini terjadi karena pemerintahnya terpaksa mengeluarkan banyak anggaran untuk menanggapi krisis akibat Covid-19.

Melansir Reuters, dalam laporan berjudul Raising Pasifika-nya Bank Dunia mengatakan konsolidasi fiskal diperlukan oleh Kiribati, Republik Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Samoa, Tonga, dan Tuvalu.

Di antara mereka, Vanuatu dinilai berisiko sedang, sementara utang Palau dan Nauru berkelanjutan.

"Saat tingkat utang publik sebagai bagian dari PDB tetap rendah di sebagian besar wilayah, geografi ekonomi PIC9 dan basis pendapatan yang tidak stabil berarti risiko tekanan utang tetap tinggi," tulis laporan tersebut, dikutip Reuters.

Baca Juga: Bank Dunia: Bansos Lebih Efektif Tekan Kemiskinan Ketimbang Subsidi BBM

PIC9 merujuk pada Sembilan Negara Kepulauan Pasifik (Nine Pacific Island Countries) yang beranggotakan Kiribati, Nauru, Kepulauan Marshall, Negara Federasi Mikronesia, Palau, Samoa, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.

Negara-negara itu dianggap kekurangan pasar utang domestik dan akses ke pasar modal internasional.

Menurut IMF, kesulitan utang atau debt distress adalah suatu kondisi di mana suatu negara tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya dan restrukturisasi utang diperlukan. Situasi gagal bayar utang dapat menyebabkan negara peminjam kehilangan akses pasar dan menderita biaya pinjaman yang lebih tinggi, serta merugikan pertumbuhan dan investasi.

Kondisi debt distress tersebut memicu terjadinya krisis utang maupun krisis keuangan dan krisis ekonomi. Salah satunya seperti yang terjadi di negara Sri Lanka tahun 2022.

Baca Juga: World Bank: Kebuntuan Batas Utang AS Menambah Masalah Bagi Ekonomi Global

Di enam negara tersebut, utang telah melonjak sejak 2019 karena ekonomi yang bergantung pada pariwisata terpukul oleh penutupan perbatasan selama pandemi Covid-19.

Sektor perdagangan juga dirugikan oleh tantangan pengiriman logistik. Beragam gangguan akibat cuaca buruk di kawasan itu juga telah menyebabkan kerusakan infrastruktur.

Bank Dunia bulan lalu mengatakan bahwa Fiji juga harus segera mengambil tindakan untuk mengurangi beban utangnya.

Laporan Bank Dunia kali ini merekomendasikan bahwa peningkatan pengumpulan pajak harus menjadi prioritas bagi pemerintah negara-negara Pasifik. Langkah itu diharapkan bisa memastikan individu dan bisnis memberikan kontribusi yang adil bagi perekonomian kawasan.

Bank Dunia juga mengatakan negara-negara terkait harus mengalokasikan lebih banyak untuk langkah-langkah bantuan dan perlindungan sosial.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×