kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.735   13,00   0,08%
  • IDX 8.319   76,61   0,93%
  • KOMPAS100 1.160   10,25   0,89%
  • LQ45 847   5,05   0,60%
  • ISSI 287   1,55   0,54%
  • IDX30 445   4,14   0,94%
  • IDXHIDIV20 511   0,49   0,10%
  • IDX80 130   1,17   0,90%
  • IDXV30 136   0,08   0,06%
  • IDXQ30 142   0,93   0,66%

China Larang Penggunaan Chip AI Asing di Pusat Data yang Didanai Pemerintah


Rabu, 05 November 2025 / 16:37 WIB
China Larang Penggunaan Chip AI Asing di Pusat Data yang Didanai Pemerintah
ILUSTRASI. Pemerintah China dilaporkan telah mengeluarkan pedoman baru yang mewajibkan seluruh proyek pusat data (data centre) yang menerima dana dari negara untuk menggunakan chip kecerdasan buatan (AI) buatan dalam negeri.


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah China dilaporkan telah mengeluarkan pedoman baru yang mewajibkan seluruh proyek pusat data (data centre) yang menerima dana dari negara untuk menggunakan chip kecerdasan buatan (AI) buatan dalam negeri.

Menurut dua sumber yang dikutip Reuters, otoritas China dalam beberapa pekan terakhir telah memerintahkan proyek pusat data yang progresnya di bawah 30% untuk menghapus seluruh chip asing yang telah dipasang atau membatalkan rencana pembeliannya.

Sementara proyek yang sudah lebih maju akan ditinjau secara kasus per kasus.

Langkah ini menjadi salah satu upaya paling agresif Beijing sejauh ini dalam menghapus teknologi asing dari infrastruktur strategisnya, sekaligus mempercepat ambisi menuju kemandirian chip AI nasional, di tengah masa jeda ketegangan dagang dengan Amerika Serikat.

Upaya Kemandirian Chip di Tengah Ketegangan AS–China

Akses China terhadap chip AI canggih, termasuk produk dari Nvidia (NASDAQ: NVDA), telah menjadi titik gesekan utama dalam persaingan teknologi antara Beijing dan Washington.
Kedua negara tengah berlomba menguasai komputasi berperforma tinggi dan kecerdasan buatan yang dianggap strategis untuk ekonomi dan pertahanan nasional.

Dalam wawancara yang disiarkan Minggu, Presiden AS Donald Trump mengatakan setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping bahwa Washington akan “membiarkan mereka berurusan dengan Nvidia, tetapi tidak untuk chip paling canggih.”

Baca Juga: China Terbitkan Obligasi Global US$4 Miliar Usai Ketegangan Dagang dengan AS Mereda

Namun, kebijakan terbaru Beijing tampaknya menggagalkan harapan Nvidia untuk merebut kembali pangsa pasar di China, sekaligus membuka peluang lebih besar bagi raksasa lokal seperti Huawei dan pemain chip AI domestik lainnya.

Sumber Reuters menyebut belum jelas apakah pedoman ini berlaku secara nasional atau hanya di beberapa provinsi. Mereka juga tidak mengungkap regulator mana yang mengeluarkan instruksi tersebut karena sensitifnya isu ini.

Selain Nvidia, produsen chip asing lain yang menjual chip pusat data ke China antara lain AMD (NASDAQ: AMD) dan Intel (NASDAQ: INTC).

Baik Administrasi Siber China (CAC) maupun Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) belum memberikan tanggapan atas laporan ini. Nvidia dan AMD juga belum merespons, sementara Intel menolak berkomentar.

Nvidia Jadi Korban Utama

Sejak 2021, proyek pusat data berbasis AI di China telah menerima lebih dari US$100 miliar dana pemerintah, menurut tinjauan tender publik oleh Reuters.

Sebagian besar proyek tersebut memperoleh subsidi atau investasi negara, meskipun belum jelas berapa banyak yang akan terdampak langsung oleh aturan baru ini.

Beberapa proyek bahkan telah ditangguhkan sebelum konstruksi dimulai karena pedoman tersebut.

Baca Juga: China Tangguhkan Beberapa Tarif AS, Tapi Kedelai Masih Mahal bagi Pembeli Lokal

Salah satunya, proyek di provinsi barat laut yang dirancang untuk menggunakan chip Nvidia, dihentikan sementara karena mendapatkan dana publik.

Langkah ini menambah daftar panjang upaya Beijing untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi Amerika setelah Washington memberlakukan pembatasan ekspor chip canggih dengan alasan keamanan nasional.

AS menuding chip-chip tersebut berpotensi digunakan oleh militer China untuk meningkatkan kemampuan pertahanan.

Pada awal tahun ini, Beijing juga mendorong perusahaan teknologi lokal untuk tidak membeli chip Nvidia kelas atas dengan alasan keamanan, dan bahkan memamerkan pusat data baru yang sepenuhnya menggunakan chip AI buatan dalam negeri.

Sebelumnya, pada 2023, China juga melarang penggunaan produk memori Micron (NASDAQ: MU) di infrastruktur penting, yang kemudian membuat produsen chip asal AS itu menarik diri dari pasar server China.

CEO Nvidia Jensen Huang selama ini dikenal aktif melobi pemerintahan Trump agar mengizinkan ekspor lebih banyak chip AI ke China, dengan alasan bahwa ketergantungan China pada perangkat keras AS justru menguntungkan Amerika Serikat.

Namun kini, pangsa pasar Nvidia di China turun dari 95% pada 2022 menjadi 0% tahun ini, menurut data perusahaan.

Pengecualian chip asing seperti Nvidia dari proyek besar negara diperkirakan akan menghilangkan sebagian besar pendapatan mereka dari China, meskipun sempat ada kesepakatan yang memungkinkan penjualan chip kelas menengah kembali dilakukan.

Pedoman baru ini mencakup chip Nvidia H20, yaitu produk AI paling canggih yang masih boleh dijual ke China, serta B200 dan H200 yang lebih kuat namun dilarang ekspor ke China berdasarkan aturan AS.

Baca Juga: China Janji Reformasi Aturan Dagang, Dorong Aturan Lebih Adil

Meskipun demikian, kedua chip terakhir masih beredar luas melalui jalur pasar gelap (grey market).

Peluang dan Risiko bagi Produsen Lokal

Kebijakan baru ini diperkirakan akan menjadi berkah bagi industri chip AI domestik.

China kini memiliki sejumlah pengembang chip AI seperti Huawei Technologies, Cambricon Technologies (688256.SS), serta startup seperti MetaX, Moore Threads, dan Enflame.

Produk-produk mereka mulai menyaingi chip Nvidia, namun adopsinya masih terbatas karena ekosistem perangkat lunak Nvidia yang lebih matang dan stabil.
Meski demikian, dengan dukungan kebijakan negara, peluang bagi produsen lokal untuk menguasai pasar domestik semakin besar.

Namun di sisi lain, langkah ini juga berisiko memperlebar kesenjangan kemampuan komputasi AI antara China dan Amerika Serikat.

Perusahaan teknologi AS seperti Microsoft, Meta, dan OpenAI telah menginvestasikan ratusan miliar dolar untuk membangun pusat data berbasis chip Nvidia paling canggih.

Sementara itu, produsen semikonduktor China seperti SMIC masih menghadapi kendala pasokan peralatan manufaktur akibat sanksi AS yang membatasi kemampuan negara tersebut dalam memproduksi chip berteknologi tinggi.

Selanjutnya: Pendapatan Premi Unitlink Allianz Life Tumbuh 10% hingga September 2025

Menarik Dibaca: 5 Sayuran Penurun Tekanan Darah Alami yang Terbukti Efektif




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×