kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.289   -194,00   -1,21%
  • IDX 6.992   -116,03   -1,63%
  • KOMPAS100 1.043   -21,20   -1,99%
  • LQ45 818   -16,03   -1,92%
  • ISSI 213   -3,42   -1,58%
  • IDX30 418   -8,84   -2,07%
  • IDXHIDIV20 504   -9,78   -1,91%
  • IDX80 119   -2,49   -2,05%
  • IDXV30 125   -2,25   -1,77%
  • IDXQ30 139   -2,60   -1,83%

Diserang kiri-kanan, Trump disebut tak layak secara intelektual jadi Presiden Amerika


Jumat, 19 Juni 2020 / 10:38 WIB
Diserang kiri-kanan, Trump disebut tak layak secara intelektual jadi Presiden Amerika
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump. REUTERS/Leah Millis


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Donald Trump mendapat serangan dari kedua sisi spektrum politik Amerika pada hari Kamis (18/6/2020). Pemimpin Demokrat Nancy Pelosi dan mantan penasihat keamanan Gedung Putih John Bolton menyatakan dia tidak layak untuk memimpin negara itu.

"Presiden Trump jelas tidak layak secara etis dan tidak siap secara intelektual untuk menjadi presiden Amerika Serikat," kata Pelosi, juru bicara Dewan Perwakilan Rakyat AS, dalam jumpa pers seperti yang dilansir Reuters.

Sementara itu, dalam sebuah buku barunya, Bolton, mantan penasihat keamanan nasional Trump, menuduh presiden Partai Republik melakukan kesalahan besar, termasuk secara eksplisit mencari bantuan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan ulang pada November.

Baca Juga: AS: Korea Utara terus menghadirkan ancaman luar biasa bagi Asia Pasifik

"Saya kira dia tidak cocok untuk jabatan presiden," kata Bolton kepada ABC News dalam bagian dari wawancara yang disiarkan pada hari Kamis.

"Benar-benar tidak ada prinsip panduan yang bisa saya temukan tentang apa yang baik jika Donald Trump terpilih kembali."

Melansir Reuters, Pelosi mengatakan pada konferensi pers mingguan bahwa dia sedang berkonsultasi dengan rekan Demokratnya mengenai apakah pihaknya akan memanggil Bolton untuk membahas segala tuduhan dalam buku yang belum didistribusikan itu.

Baca Juga: Awas! Korea Utara bakal menyerang sistem pemilihan presiden AS November nanti

Jika Bolton bersaksi di depan Kongres, itu bisa menghidupkan kembali masalah kompetensi Trump saat ia menghadapi tantangan berat pada 3 November dari Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat, dan menangkis kecaman atas penanganan pandemi virus corona dan protes atas ketidakadilan ras dan kebrutalan polisi.

Bolton menolak memberikan kesaksian dalam penyelidikan pemakzulan DPR tahun lalu dan mengancam akan menuntut jika dipanggil. Dia menawarkan untuk bersaksi dalam persidangan berikutnya di Senat. Akan tetapi, institusi yang dikontrol Partai Republik tidak menerima tawaran itu.

Senator Republik pada hari Kamis menolak kritik bahwa mereka seharusnya memanggil Bolton untuk bersaksi, dan menolak untuk berbicara tentang tuduhan Bolton.

Baca Juga: Jadi ancaman, Donald Trump perpanjang sanksi atas Korea Utara

Juru Bicara DPR dari Republik Kevin McCarthy, mengatakan Bolton membuat klaim "sensasional" untuk menjual buku.

"Uang mendorong banyak orang untuk mengatakan banyak hal," katanya.

Trump sendiri telah membantah memoar itu sebagai "kompilasi kebohongan" dan menyebut Bolton, yang meninggalkan Gedung Putih pada bulan September sebagai "anak anjing yang sakit" yang berusaha membalaskan dendamnya.

Baca Juga: Mantan penasihat keamanan: Trump pernah minta tolong Xi Jinping biar menang Pemilu!

Buku itu juga mengungkap pandangan miring para penasihat Trump tentang dirinya. Selama pertemuan 2018 dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Bolton mengatakan ia mendapat catatan dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengejek Trump.

"Dia begitu penuh omong kosong," kata Pompeo, menurut kutipan Bolton di Washington Post, yang mengatakan tidak jelas apakah diplomat itu merujuk pada Trump atau Kim.

Tanpa menyinggung anekdot itu, Pompeo mengeluarkan pernyataan pada Kamis malam yang menyebut Bolton pengkhianat dan menuduhnya menyebarkan kebohongan dan kepalsuan.

"Sangat menyedihkan dan berbahaya bahwa peran publik terakhir John Bolton adalah pengkhianat yang merusak Amerika dengan melanggar kepercayaan sakralnya dengan rakyat," tambahnya.

Baca Juga: Isi buku kontroversial karangan mantan penasihat keamanan AS yang bikin Trump berang!

Departemen Kehakiman AS pada hari Selasa menuntut untuk memblokir Bolton dari merilis buku dengan alasan bahwa draft terbaru masih mengandung informasi rahasia.

Adam Schiff, ketua Komite Intelijen DPR yang memimpin penyelidikan pemakzulan, dengan tajam mengkritik Bolton sebagai orang yang tidak patriotik karena menyembunyikan informasi dari penyelidikan.

Baca Juga: Ancaman Trump untuk menarik pasukannya dari Jerman bisa jadi bencana bagi NATO

Tuduhan baru itu adalah "bukti lebih lanjut" bahwa tindakan Trump di Ukraina adalah bagian dari pola penyalahgunaan kekuasaannya dan pemerintah AS untuk keuntungan politik pribadi, kata Schiff dalam sebuah pernyataan.

Tuduhan itu mencakup tuduhan pelanggaran yang jauh lebih luas daripada tuduhan yang mendorong pemakzulan Trump.

Dalam bukunya, "The Room Where It Happened," Bolton mengatakan Trump menyatakan kesediaan untuk menghentikan penyelidikan kriminal untuk mendukung para diktator yang disukainya.

Dia juga menulis bahwa Trump mengatakan menyerang Venezuela akan "keren" bahkan ketika pemerintah AS mengatakan tidak mendukung penggunaan kekuatan untuk menggulingkan Presiden sosialis Nicolas Maduro.

Baca Juga: Amerika jatuhkan sanksi ke Presiden Suriah dan istrinya, tujuannya?

Pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer mengatakan pengungkapan itu menjelaskan sikap presiden terhadap China, termasuk pujian awalnya atas tanggapan Beijing terhadap wabah virus corona dan diamnya dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

"Presiden Trump tidak dapat dipercaya untuk berurusan dengan kebijakan China lebih lama," kata Schumer di lantai Senat.

Menurut Bolton, Trump mendorong Xi pada Juni 2019 untuk membangun kamp-kamp bagi minoritas Uighur yang sebagian besar Muslim dan kelompok-kelompok Muslim lainnya kendati pemerintahnya mengkritik penahanan massal Tiongkok.

Baca Juga: Trump Teken Perintah Eksekutif Reformasi Kepolisian

Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro membantah tuduhan Bolton bahwa Trump juga meminta bantuan mitranya dari Tiongkok dalam pemilihan 2020 dengan melakukan pembelian pertanian dari para petani AS.

"Saya sama sekali tidak mendengarnya," kata Navarro kepada wartawan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×