kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Ekonom: Hong Kong merupakan ancaman geopolitik terbesar atas market global


Jumat, 29 November 2019 / 08:06 WIB
Ekonom: Hong Kong merupakan ancaman geopolitik terbesar atas market global
ILUSTRASI. Aksi demonstrasi di Hong Kong masih berlanjut. REUTERS/Marko Djurica


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Pada Kamis (28/11), China memberikan peringatan kepada Amerika Serikat bahwa pihaknya akan mengambil kebijakan balasan sebagai respon ditandatanganinya Rancangan Undang Undang Hak Asasi Manusia Hong Kong oleh Presiden AS Donald Trump.

Melansir Reuters, aksi Trump memang memicu kemarahan Beijing. Namun, di Hong Kong, ribuan pengunjuk rasa langsung turun ke jalan sebagai wujud terima kasih mereka kepada AS.

Baca Juga: Pasar saham global tertekan rencana pembalasan China

"Sangat rasional kami menggelar reli ini untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Kongres AS dan Presiden Donald Trump karena sudah meloloskan undang-undang tersebut," jelas Sunny Cheung, anggota kelompok pelajar yang ikut melobi lolosnya undang-undang tersebut kepada Reuters.

Dia juga bilang, "Kami sangat berterima kasih dan menghargai upaya warga Amerika yang mendukung Hong Kong, yang berdiri bersama Hong Kong, dan tidak memilih untuk memihak Beijing."

Baca Juga: Hubungan AS & China kembali memanas, bagaimana prospek harga emas akhir tahun?

Menilai kondisi terkini di Hong Kong, ekonom menilai, aksi demonstrasi di Hong Kong merupakan ancaman terbesar geopolitik terhadap market global.

Menurut Holger Schmieding, chief economist Berenberg kepada CNBC, skenario terburuk cukup jelas setelah Trump menandatangani dua RUU dan memihak pada pengunjuk rasa Hong Kong.

Langkah ini semakin memanaskan ketegangan antara Washington dan Beijing, di mana Kementerian Luar Negeri China menuduh AS memiliki niatan jahat.

"Hong Kong pada saat ini merupakan risiko geopolitik terbesar bagi market," jelas Schmieding kepada CNBC.

Schmieding menambahkan, jika situasi di Hong Kong semakin memburuk, jika China melakukan intervensi militer, maka hampir tidak mungkin AS akan mencapai kata sepakat dengan China, meskipun kesepakatan fase satu. "Sehingga, hal ini akan membuat penurunan pada industri global yang disebabkan oleh ketegangan perang dagang," urainya.

Baca Juga: Global Times: Para perancang UU Hong Kong dilarang masuk ke China

Seperti yang diketahui, baik AS maupun China sudah berupaya keras untuk melakukan negosiasi fase satu sejak Oktober lalu. Sepanjang periode tersebut, market sudah mengalami gejolak seiring naik turunnya hubungan AS-China terkait hal ini.

Meskipun Schmieding memperingatkan tentang bahaya situasi di Hong Kong yang berdampak pada kesepakatan dagang fase satu, ia mengatakan tidak mungkin skenario terburuk akan terwujud.

Baca Juga: Bursa saham dunia jatuh pasca ketegangan AS dan China berkobar lagi

"Sejauh ini perilaku China di Hong Kong menunjukkan bahwa Beijing jelas menyadari risiko itu. Sejauh ini, Beijing masih memiliki prioritas menjaga ekonominya sendiri dari kejatuhan perang dagang yang berkepanjangan," jelasnya.

"Saya tidak berpikir Presiden Trump menandatangani RUU ini benar-benar harus memiliki efek yang signifikan," tambah Schmieding.

“Kita tahu AS dan China, China dan dunia Barat, berbeda dalam hal hak asasi manusia, ketika membahas  demokrasi, dan perbedaan ini tidak akan hilang - kita hanya perlu menegaskan kembali itu sesekali. Dalam pandangan saya, mudah-mudahan ini hanya pertengkaran sederhana, tidak ada yang akan membawa China menjauh dari gambaran besarnya - melindungi ekonominya sendiri dengan menemukan kesepakatan dengan A.S. pada perdagangan.”

Baca Juga: Terpopuler: AS sangat mencampuri urusan Hong Kong, China menuding AS punya niat jahat

Melansir Reuters, protes anti-pemerintah telah melanda Hong Kong, wilayah semi-otonom yang beroperasi di bawah pemerintahan China, selama beberapa bulan. Demonstrasi, yang telah berubah menjadi kekerasan, telah menyebabkan peningkatan kehadiran pasukan China di Hong Kong.
 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×