Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Melansir Reuters, pembubaran cabinet perang ini diumumkan ketika utusan khusus AS Amos Hochstein mengunjungi Yerusalem, yang berupaya untuk menenangkan situasi di perbatasan yang disengketakan dengan Lebanon.
Di wilayah tersebut, Israel mengatakan ketegangan dengan milisi Hizbullah yang didukung Iran membuat wilayah tersebut semakin dekat dengan konflik yang lebih luas.
Kunjungan Hochstein terjadi setelah berminggu-minggu meningkatnya baku tembak di perbatasan antara Israel dan Lebanon, di mana pasukan Israel selama berbulan-bulan terlibat dalam konflik sengit dengan Hizbullah yang terus berlanjut seiring dengan perang di Gaza.
Puluhan ribu orang telah dievakuasi dari rumah mereka di kedua sisi Jalur Biru yang memisahkan kedua negara.
Mereka meninggalkan daerah-daerah yang sangat sepi berupa desa-desa dan lahan pertanian yang dihantam bom hampir setiap hari.
“Keadaan saat ini bukanlah sebuah kenyataan yang berkelanjutan,” kata juru bicara pemerintah David Mencer dalam sebuah pengarahan.
Kesepakatan untuk menghentikan pertempuran di Gaza masih belum tercapai, lebih dari delapan bulan sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel yang dipimpin oleh pejuang Hamas yang memicu serangan militer Israel di daerah kantong Palestina.
Baca Juga: Netanyahu: Tak Ada Gencatan Senjata di Gaza Sampai Hamas Hancur
Meskipun jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Israel mendukung tujuan pemerintah untuk menghancurkan Hamas, terdapat protes luas yang menyerang pemerintah karena tidak berbuat lebih banyak untuk memulangkan sekitar 120 sandera yang masih ditahan di Gaza dan menentang cara Netanyahu menangani perang tersebut.
Para pengunjuk rasa yang menyerukan pemilu baru bentrok dengan polisi di Yerusalem pada hari Senin. Menjelang malam, ribuan orang berkumpul di luar Knesset, parlemen Israel, sebelum berbaris menuju rumah pribadi Netanyahu.
Beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos penghalang yang dibuat oleh polisi, namun polisi berhasil memukul mundur mereka.