Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - RIYADH. IPO Aramco, yang melampaui rekor penggalangan dana senilai US$ 25 miliar lima tahun lalu di New York oleh Alibaba Group Holding, adalah pencapaian penting bagi Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan ambisinya untuk merombak ekonomi kerajaan.
Saudi Aramco, produsen minyak milik negara Kerajaan Arab Saudi, berhasil menghimpun dana US$ 25,6 miliar dalam penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang sangat dinanti-nantikan. Kondisi itu mendorong bursa saham Saudi ke bursa teratas secara global.
Perusahaan Minyak Arab Saudi, yang dikenal sebagai Aramco, menetapkan harga IPO finalnya, untuk diperdagangkan di bursa Tadawul di Riyadh sebesar 32 riyal (US$ 8,53). Ini merupakan batas atas kisaran yang ditetapkan. Alhasil, Aramco menjadi perusahaan dengan nilai keuntungan terbesar dunia mencapai US$ 1,7 triliun. Perusahaan menerima total penawaran untuk saham mencapai US$ 119 miliar.
Baca Juga: Rumor: OPEC + bakal pangkas lagi produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari
Menurut angka dari penyedia data keuangan Dealogic, hasil penawaran Aramco mendongkrak posisi bursa Tadawul ke urutan keempat secara global untuk peningkatan modal tahun ini, di mana dengan lima pencatatan saham menarik dana investasi gabungan dari investor mencapai US$ 26,6 miliar. Sebelumnya, bursa Tadawul berada di peringkat 25 secara global.
Melansir South China Morning Post, bursa Hong Kong berada di posisi teratas secara global, dengan 131 pencatatan saham yang berhasil mengumpulkan dana gabungan senilai US$ 37,2 miliar tahun ini. IPO Alibaba berhasil mengumpulkan dana senilai US$ 12,9 miliar dalam pencatatan sekunder di Hong Kong bulan lalu, dan merupakan IPO perusahaan teknologi terbesar ketiga yang tercatat di belakang IPO miliknya sendiri pada 2014 dan IPO Facebook dua tahun sebelumnya.
Baca Juga: Bookbuilding IPO Aramco kelebihan permintaan hingga 2,95 kali dari investor institusi
Dalam hal IPO dan pencatatan saham perdana untuk kali pertama, menurut penyedia data keuangan Refinitiv, bursa Saudi berada di urutan kedua secara global setelah bursa Hong Kong, melampaui bursa saham New York dan Nasdaq.
Meski demikian, pelaksanaan IPO yang terjadi saat harga minyak mentah mendekati level terendah dalam enam bulan terakhir, menyebabkan target IPO Aramco turun tajam dari target 2016 sebesar US$ 100 miliar ketika sang pangeran pertama kali melayang gagasan tersebut.
Selama berbulan-bulan berusaha untuk menghelat IPO, Aramco akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan hanya 1,5% sahamnya di Riyadh, setelah investor global menolak target awal sang pangeran yang menetapkan valuasi senilai US$ 2 triliun.
Baca Juga: OPEC pangkas produksi, nilai impor minyak Indonesia bisa meningkat
IPO Aramco, sebuah kisah yang telah berlangsung selama hampir empat tahun, adalah bagian dari rencana Pangeran Mohammed untuk secara luas mengubah ekonomi negara dan mengurangi ketergantungannya pada minyak.
Namun rencana itu, telah menghadapi berbagai tantangan mulai dari reaksi global atas pembunuhan Jamal Khashoggi, seorang jurnalis dan kolumnis Saudi untuk The Washington Post, di konsulat kerajaan di Istanbul pada tahun 2018 hingga adanya serangan drone pada dua fasilitas minyak Saudi pada bulan September.
Baca Juga: Masih dua hari lagi, IPO Saudi Aramco oversubscribed dua kali lipat lebih
IPO ini juga mendapat tantangan dari gejolak harga minyak, yang diperdagangkan di bawah US $ 60 per barel dalam beberapa hari terakhir. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Rusia sepakat untuk memangkas produksi minyak pada hari Kamis dengan harapan dapat meningkatkan harga secara global.
Untuk menarik minat investor, Aramco menawarkan dividen terbesar di dunia sebesar US$ 75 miliar per tahun dan memangkas tingkat pajak yang harus dibayarkan investor. Penawaran ini menarik minat investor institusi sebesar US$ 106 miliar.
Baca Juga: Terpopuler: Heboh gelombang penahanan di Arab Saudi, pendaftaran SNMPTN dibuka
Setelah mulai diperdagangkan pada 11 Desember, Aramco diperkirakan akan melampaui Apple dan Microsoft sebagai perusahaan paling bernilai secara global berdasarkan kapitalisasi pasar.