Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO. Pasukan tank Israel untuk pertama kalinya memasuki wilayah selatan dan timur kota Deir Al-Balah di Gaza pada Senin (21/7), sebuah area yang menurut sumber militer Israel diyakini menjadi lokasi sebagian sandera yang masih ditahan.
Petugas medis di Gaza melaporkan sedikitnya tiga warga Palestina tewas dan beberapa lainnya luka-luka akibat tembakan tank yang menghantam delapan rumah dan tiga masjid.
Serangan ini dilakukan sehari setelah militer Israel memerintahkan warga untuk mengungsi karena akan melakukan pertempuran melawan militan Hamas.
Baca Juga: Lagi, Israel Bunuh 67 Warga Palestina yang Sedang Menunggu Truk Bantuan di Gaza
Serangan tersebut memaksa puluhan keluarga yang masih bertahan untuk melarikan diri ke arah barat, menuju wilayah pesisir Deir Al-Balah dan kota terdekat, Khan Younis.
Di Khan Younis, pada Senin pagi, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk seorang pria, istrinya, dan dua anak mereka yang berada di dalam tenda, menurut laporan tim medis.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel mengenai insiden di Deir Al-Balah dan Khan Younis.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka sebelumnya belum pernah memasuki distrik-distrik Deir Al-Balah yang menjadi objek evakuasi selama konflik berlangsung, dan bahwa mereka “terus melakukan operasi besar-besaran untuk menghancurkan kemampuan musuh dan infrastruktur teror di area tersebut.”
Sumber-sumber Israel menyebutkan bahwa alasan utama tentara belum memasuki wilayah itu adalah karena dicurigai Hamas menyandera tawanan di sana.
Diperkirakan, dari sekitar 50 sandera yang masih berada di Gaza, setidaknya 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Keluarga para sandera menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap keselamatan para tawanan dan meminta penjelasan dari militer tentang bagaimana perlindungan terhadap para sandera akan dilakukan.
Baca Juga: Gereja Katolik di Gaza Jadi Sasaran Serang Israel, Paus Leo Merasa Sangat Sedih
Krisis Kelaparan
Eskalasi militer ini terjadi di tengah peringatan pejabat kesehatan Gaza mengenai potensi “kematian massal” dalam beberapa hari ke depan akibat kelaparan yang memburuk.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 19 orang meninggal dunia sejak Sabtu akibat kelaparan.
Pejabat kesehatan melaporkan bahwa rumah sakit kehabisan bahan bakar, bantuan pangan, dan obat-obatan, sehingga membahayakan kelangsungan layanan medis penting.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Khalil Al-Deqran, mengatakan bahwa staf medis hanya mengandalkan satu kali makan sehari, sementara ratusan warga datang ke rumah sakit setiap hari dalam kondisi kelelahan karena kelaparan.
Sedikitnya 67 orang tewas akibat tembakan Israel pada Minggu saat mereka menunggu bantuan dari truk PBB yang hendak memasuki Gaza.
Baca Juga: Serangan Udara Israel ke Damaskus Guncang Pasar Kripto, Harga Bitcoin Turun Tajam
Militer Israel mengatakan pasukannya melepaskan tembakan peringatan ke arah ribuan warga di Gaza utara karena dianggap sebagai “ancaman langsung.”
Mereka menambahkan bahwa hasil penyelidikan awal menunjukkan angka korban mungkin dilebih-lebihkan, dan bahwa pihaknya “sama sekali tidak berniat menargetkan truk bantuan kemanusiaan.”
Serangan terbaru dan meningkatnya jumlah korban jiwa ini diperkirakan akan mempersulit pembicaraan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, dengan dukungan Amerika Serikat (AS).
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya marah atas meningkatnya jumlah korban jiwa dan krisis kelaparan yang terjadi di Gaza, yang dapat berdampak buruk pada negosiasi gencatan senjata yang tengah berlangsung di Doha.
Israel dan Hamas terlibat dalam pembicaraan tidak langsung di Doha untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari dan pertukaran sandera, meskipun belum ada tanda-tanda kemajuan signifikan.
Baca Juga: Rudal Israel Tewaskan Anak-Anak Pengambil Air di Gaza, IDF Sebut Kesalahan Teknis
UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, menyatakan dalam unggahan di X pada Senin bahwa mereka menerima pesan-pesan putus asa dari Gaza yang memperingatkan tentang kelaparan, termasuk dari staf mereka sendiri. Harga pangan di dalam Gaza dilaporkan melonjak hingga 40 kali lipat.
“Padahal, tepat di luar Gaza, UNRWA memiliki persediaan makanan cukup untuk seluruh populasi selama lebih dari tiga bulan. Hentikan pengepungan dan izinkan bantuan masuk dengan aman dan dalam skala besar,” kata UNRWA.
Militer Israel sebelumnya menyatakan bahwa pihaknya menganggap pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sebagai hal yang sangat penting, dan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memfasilitasi distribusinya.
Perang ini dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang dan membawa 251 sandera ke Gaza, menurut data Israel.
Kampanye militer Israel terhadap Hamas di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 58.000 warga Palestina, mengungsikan hampir seluruh populasi, dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di wilayah tersebut.