Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Keluarga kerajaan, presiden, perdana menteri, dan ribuan umat beriman berkumpul di Lapangan Santo Petrus pada Sabtu untuk menghadiri Misa pemakaman Paus Fransiskus, menghormati kepausannya yang dinilai bergejolak.
Lebih dari 150 negara mengirimkan perwakilan. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang kerap berselisih dengan Paus Fransiskus mengenai isu imigrasi, termasuk di antara para tamu kehormatan.
Hadir pula presiden dari Argentina, Prancis, Gabon, Jerman, Italia, Filipina, Polandia, dan Ukraina, serta perdana menteri Inggris dan Selandia Baru, bersama banyak bangsawan Eropa. Mantan Presiden AS Joe Biden dan istrinya, Jill, menjadi tamu VIP pertama yang tiba.
Sejak dini hari, ribuan pelayat telah memenuhi jalanan Vatikan. Banyak dari mereka berkemah semalaman demi mendapatkan tempat terbaik untuk mengikuti upacara.
Baca Juga: Biden Anugerahi Paus Fransiskus Medali Kepresidenan di Penghujung Masa Jabatannya
"Kami telah menunggu sepanjang malam," kata peziarah asal Spanyol, Maria Fierro. "Menemani (Fransiskus) di saat-saat terakhirnya sangat emosional."
Mary James, seorang biarawati Fransiskan, juga menunggu semalaman. "Saya terjaga sepanjang malam," katanya. "Kami ingin mengucapkan selamat tinggal karena dia (adalah) seorang santo yang masih hidup, sangat rendah hati dan sederhana."
Paus Fransiskus, asal Argentina, wafat pada Senin lalu di usia 88 tahun akibat serangan stroke. Kepergiannya menandai dimulainya masa transisi yang dirancang dengan cermat bagi Gereja Katolik Roma, yang beranggotakan 1,4 miliar umat, melalui serangkaian ritual kuno, kemegahan, dan duka cita.
Selama tiga hari terakhir, sekitar 250.000 orang telah berbaris melewati jenazah Paus Fransiskus yang disemayamkan dalam peti terbuka di depan altar Basilika Santo Petrus.
Pada Sabtu pagi, peti jenazah dibawa melalui pintu utama untuk upacara pemakaman terbuka yang dimulai pukul 10 pagi Waktu setempat. Para pejabat asing berkumpul di satu sisi tiang batu, berhadapan dengan barisan kardinal bertopi merah.
Baca Juga: Paus Fransiskus Pecah Tradisi, Pilih Dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore
Vatikan memperkirakan sekitar 250.000 pelayat akan memenuhi jalanan berbatu dan jalur utama menuju basilika. Upacara pemakaman dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, uskup Italia berusia 91 tahun.
"Anda dapat merasakan banyak energi, ya, sedikit putus asa karena kami lelah, tetapi pada akhirnya kami ingin datang dan mengucapkan 'terima kasih', terima kasih kepada Paus Fransiskus atas semua yang telah ia lakukan untuk gerejanya," ujar Eduardo Valencia, peziarah dari Meksiko.
Fransiskus, paus non-Eropa pertama dalam hampir 13 abad, selama 12 tahun kepemimpinannya berupaya membentuk kembali Gereja Katolik dengan membela kaum miskin dan terpinggirkan. Ia juga menantang negara-negara kaya untuk membantu migran dan menangani perubahan iklim.
"Fransiskus meninggalkan semua orang kesaksian yang luar biasa tentang kemanusiaan, tentang kehidupan yang suci, dan tentang peran sebagai ayah yang universal," demikian bunyi ringkasan resmi kepausannya yang ditulis dalam bahasa Latin dan ditempatkan di samping tubuhnya.
Baca Juga: Jenazah Paus Fransiskus akan Disemayamkan Sebelum Dimakamkan Sabtu (26/4) Ini
Namun, upaya Fransiskus untuk membuat Gereja lebih transparan mendapat penolakan dari kalangan tradisionalis. Seruannya untuk mengakhiri konflik, perpecahan, dan kapitalisme yang berlebihan pun sering kali diabaikan.