Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik yang dikenal karena kesederhanaannya, meninggal dunia pada Senin, 21 April, dalam usia 88 tahun akibat stroke serebral yang menyebabkan koma dan gagal jantung yang tidak dapat dipulihkan.
Ribuan umat berduyun-duyun ke Roma untuk memberikan penghormatan terakhir, menandai berakhirnya sebuah era kepausan yang penuh keteladanan moral, bukan kemewahan.
Kekayaan Pribadi yang Nyaris Tak Ada Meski Bergaji Tinggi
Meski memiliki hak atas gaji tahunan sebesar £300.000 (Rp 6,7 miliar) sebagai Paus, Fransiskus menolak menerima jumlah tersebut demi mempertahankan gaya hidup sederhana. Sebagian besar dana yang seharusnya menjadi haknya diketahui disumbangkan ke berbagai dana sosial dan lembaga keagamaan.
Baca Juga: Orang-Orang Terkejut Setelah Melihat Seperti Apa Kamar Tidur Paus Fransiskus
Mengutip ladbible, beberapa laporan mengestimasi nilai kekayaannya mencapai £16 juta (Rp 358,8 miliar) jika dihitung berdasarkan aset-aset yang melekat pada jabatannya, seperti tempat tinggal, kendaraan, dan pakaian liturgi. Namun semua itu bukan milik pribadi, melainkan milik Tahta Suci.
Berdasarkan nilai kekayaan pribadi, beberapa sumber menyatakan bahwa Paus Fransiskus meninggal dengan kurang dari £100 (Rp 2.242.992) atas namanya secara pribadi.
Gaya Hidup Jesuit: Kaul Kemiskinan dan Kepedulian Sosial
Fransiskus adalah anggota Ordo Jesuit, sebuah komunitas religius dalam Gereja Katolik yang terkenal akan komitmennya pada kaul kemiskinan, kesucian, dan ketaatan. Ordo ini juga dikenal karena fokusnya pada isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan pendidikan.
Kesetiaan Fransiskus pada nilai-nilai Jesuit tercermin dalam seluruh aspek hidupnya. Ia menolak tinggal di Istana Apostolik yang megah dan justru memilih tinggal di Casa Santa Marta, sebuah rumah tamu sederhana di Vatikan. Bahkan jenazahnya disemayamkan di sana sebelum dipindahkan ke Basilika Santo Petrus.
Warisan Sosial: Dari Istana Menjadi Tempat Perlindungan Tunawisma
Pada tahun 2019, Paus Fransiskus menyumbangkan Palazzo Migliori, sebuah bangunan megah dekat Basilika Santo Petrus, untuk dijadikan tempat penampungan bagi tunawisma di Roma. Keputusan ini memicu kontroversi di kalangan Vatikan, namun mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang dipegang teguh oleh Fransiskus.
Baca Juga: Kota Roma dan Dunia Mengucapkan Selamat Jalan kepada Paus Fransiskus
Langkah ini bukan sekadar simbol, tetapi tindakan nyata dalam menjawab seruan Injil untuk memperhatikan mereka yang paling terpinggirkan. Ia juga kerap mengkritik keras kapitalisme predator dan mengajak Gereja untuk berpihak kepada yang lemah.
Nama Fransiskus: Inspirasi dari Santo yang Membela Kaum Papa
Setelah terpilih sebagai Paus pada 2013, Jorge Mario Bergoglio memilih nama "Fransiskus" sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal sebagai "Orang Miskin dari Assisi". Nama ini bukan hanya simbolik, melainkan menjadi arah dari seluruh kepemimpinannya.
Dalam pernyataan pertamanya kepada media, ia mengungkap bahwa seorang kardinal yang duduk di sebelahnya saat pemungutan suara terakhir berbisik, “Jangan lupakan orang miskin.” Kata-kata itu menancap kuat dan menjadi panduan moral dalam setiap kebijakan dan pilihan hidupnya.