Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. China dilaporkan tengah bersiap untuk meluncurkan dana investasi baru senilai US$ 40 miliar yang didukung oleh pemerintah untuk memberikan subsidi industri semikonduktornya.
Saat ini, China mencoba mengejar AS dan negara pesaing lainnya dalam perlombaan untuk mendominasi produksi chip kelas atas.
Melansir laporan Reuters yang mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, investasi senilai sekitar US$ 40 miliar ini kemungkinan merupakan yang terbesar dari tiga investasi yang diluncurkan oleh Dana Investasi Industri Sirkuit Terpadu China, yang juga dikenal sebagai Big Fund.
Mengutip Fox News, Target dana tersebut lebih besar dibandingkan dana serupa yang diluncurkan pada tahun 2014 dan 2019 dan dilaporkan akan memfokuskan investasi pada peralatan yang digunakan dalam pembuatan chip canggih.
Presiden China Xi Jinping telah mendorong negaranya untuk mencapai swasembada semikonduktor ketika AS dan sekutu-sekutunya berusaha membatasi akses negara tersebut terhadap chip-chip canggih.
AS dan sekutunya khawatir, pemerintah China dapat menggunakannya untuk mempercepat modernisasi militer dan penindasan internal lebih lanjut.
Peluncuran yang dilaporkan ini juga merupakan perlawanan terhadap Undang-Undang CHIPS bipartisan pemerintah AS, yang memberikan subsidi manufaktur senilai US$ 39 miliar yang bertujuan untuk meningkatkan produksi chip kelas atas dalam negeri.
Baca Juga: Tensi Turun, AS dan China Sepakat Lakukan Dialog Soal Pengendalian Ekspor
Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda telah menerapkan serangkaian kontrol ekspor dalam beberapa tahun terakhir yang bertujuan untuk mencegah perusahaan-perusahaan China untuk memperoleh peralatan yang diperlukan untuk memproduksi jenis semikonduktor paling canggih, seperti yang digunakan untuk menggerakkan model kecerdasan buatan atau memandu sistem senjata presisi.
Pembatasan perdagangan tersebut dilaporkan mendorong perusahaan raksasa telekomunikasi China Huawei untuk memperoleh dana pemerintah sebesar US$ 30 miliar. Dana ini ditujukan untuk membangun jaringan bisnis manufaktur semikonduktor, yang beroperasi dengan nama berbeda, yang berpotensi berfungsi sebagai solusi untuk pengendalian ekspor.
Baca Juga: Hindari Sanksi Amerika, Huawei Bangun Pabrik Rahasia
Terobosan chip baru Huawei
Terobosan Huawei Technologies dalam memproduksi chip canggih menggarisbawahi tekad dan kapasitas China untuk melawan sanksi AS. Akan tetapi, menurut para analis, upaya tersebut kemungkinan besar memakan biaya besar dan dapat mendorong Washington untuk memperketat pembatasan.
Reuters memberitakan, Huawei secara tak terduga meluncurkan smartphone Mate 60 Pro terbaru minggu lalu saat Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo berkunjung ke China.
Menurut pembongkaran oleh TechInsights yang berkantor pusat di Ottawa, Mate 60 Pro ditenagai oleh chip miliknya Kirin 9000s dan diproduksi oleh pembuat chip kontrak terkemuka di negara itu SMIC menggunakan teknologi canggih 7 nanometer (nm).
Temuan dan klaim para pengguna awal mengenai kinerja ponsel yang kuat menunjukkan bahwa China sedang membuat kemajuan dalam pengembangan chip kelas atas, bahkan ketika Washington dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan sanksi untuk memotong aksesnya terhadap alat pembuatan chip yang canggih.
Baca Juga: AS Tambahkan Puluhan Perusahaan China ke Daftar Hitam Perdagangan
"Hal ini menunjukkan kemajuan teknis yang dapat dicapai oleh industri semikonduktor China tanpa alat EUV. Sulitnya pencapaian ini juga menunjukkan ketahanan kemampuan teknologi chip negara tersebut,” kata analis TechInsights Dan Hutcheson.
EUV mengacu pada litografi ultraviolet ekstrem dan digunakan untuk membuat chip 7 nm atau lebih canggih.
“Pada saat yang sama, hal ini merupakan tantangan geopolitik yang besar bagi negara-negara yang berupaya membatasi akses mereka terhadap teknologi manufaktur yang penting. Dampaknya mungkin akan menjadi pembatasan yang lebih besar dibandingkan yang ada saat ini,” tambahnya.
Baca Juga: Intelijen Inggris Mulai Fokus Terhadap Ancaman dari China
Analis Jefferies mengatakan temuan TechInsights dapat memicu penyelidikan dari Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan AS. Pada akhirnya, hal tersebut menciptakan lebih banyak perdebatan di AS mengenai efektivitas sanksi dan mendorong Kongres untuk memasukkan sanksi teknologi yang lebih keras ke dalam rancangan undang-undang persaingan usaha yang sedang dipersiapkan untuk menjegal China.
“Secara keseluruhan, perang teknologi AS-Tiongkok kemungkinan akan meningkat,” kata mereka dalam sebuah catatan.
Perwakilan Departemen Perdagangan AS tidak segera membalas permintaan komentar Reuters pada Selasa pagi.
Huawei menolak berkomentar. SMIC dan Dewan Negara China, yang menangani pertanyaan pers atas nama pemerintah China, tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.