Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Pasar saham Asia melemah pada Selasa (30/12/2025), mengikuti penurunan sektor teknologi di Wall Street. Di saat yang sama, harga emas dan perak mulai stabil setelah sempat jatuh tajam dari rekor tertingginya.
Harga minyak dunia masih mempertahankan sebagian besar kenaikan yang terjadi pada sesi sebelumnya, di tengah tuduhan Rusia bahwa Ukraina menyerang kediaman Presiden Vladimir Putin. Meski Moskow tidak menunjukkan bukti, klaim itu memperburuk upaya diplomasi Amerika Serikat untuk mendorong perjanjian damai.
Ketegangan geopolitik global juga meningkat setelah China menggelar latihan militer tembak langsung selama 10 jam di sekitar Taiwan pada Selasa.
Baca Juga: Bursa Saham Asia Menguat Senin (22/12) Pagi, Yen Tertekan Meski Suku Bunga BOJ Naik
Penipisan likuiditas dalam pekan perdagangan yang lebih pendek akibat libur akhir tahun memicu pergerakan harga yang tajam dan volatil di berbagai pasar.
Perak menjadi komoditas yang mencuri perhatian setelah anjlok 8,7% pada perdagangan sebelumnya, penurunan harian terbesar sejak Agustus 2020.
Lonjakan harga yang berlangsung sebelumnya dinilai semakin menjauh dari fundamental. Harga perak kembali naik 1,7% menjadi US$73,46 per ons pada Selasa, setelah sempat menyentuh US$83,62 sehari sebelumnya. Secara keseluruhan, harga perak masih melonjak 150% sepanjang tahun ini.
Koreksi tajam pada perak juga menyeret emas dan logam mulia lainnya. Harga emas turun 4,4% pada perdagangan sebelumnya, namun kembali menguat 0,6% menjadi US$4.356 per ons.
Analis IG di Sydney, Tony Sycamore, menilai lonjakan awal pekan pada perak dipicu aksi stop loss, panic buying, serta kenaikan margin perdagangan di Chicago Mercantile Exchange.
Baca Juga: Bursa Saham Asia Melemah, Kekhawatiran Ekonomi Global Makin Menguat
“Ini adalah gelembung generasi,” ujarnya. “Saya tidak mengatakan gelembungnya langsung pecah, tetapi aksi jual besar seperti ini pasti membuat euforia pasar sedikit mereda. Ini pendinginan yang diperlukan.”
Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1%, tetapi tetap mencatat kenaikan tahunan 26,7% — terbaik sejak 2017. Indeks Nikkei Jepang merosot 0,2% namun masih membukukan kenaikan 26% sepanjang tahun. Sementara itu, indeks Taiwan turun 0,7% dan saham unggulan China melemah 0,3% usai latihan militer Beijing di sekitar Taiwan.
Di Amerika Serikat, Wall Street ditutup melemah karena saham teknologi kembali terkoreksi. Meski begitu, pasar saham AS masih menuju akhir tahun dengan posisi mendekati rekor tertinggi, setelah melewati tahun penuh turbulensi akibat perang tarif, kebijakan bank sentral, dan ketegangan geopolitik.
Kontrak berjangka saham AS relatif stabil pada sesi Asia. Kontrak berjangka EURO STOXX 50 dan FTSE juga bergerak datar.
Yen Menguat, Dolar Australia Melemah
Di pasar valuta asing, dolar AS bergerak stabil menjelang rilis risalah rapat Federal Reserve periode Desember yang diperkirakan menunjukkan perbedaan pandangan terkait arah kebijakan tahun depan. Dolar masih berada di jalur penurunan tahunan hampir 10%, yang menjadi yang terdalam dalam delapan tahun terakhir.
Dolar AS tertahan di level 156 yen setelah turun 0,3% sehari sebelumnya, serta menjauh dari kisaran 158–160 yen yang sebelumnya memicu ancaman intervensi Jepang.
Dolar Australia justru melemah mengikuti penurunan harga komoditas. Mata uang ini stabil di US$0,6698, turun dari puncak tahunan US$0,6727 yang dicapai pada Senin.
Baca Juga: Bursa Saham Asia Melemah Tertekan Kekhawatiran Valuasi yang Terlalu Tinggi
Imbal hasil obligasi AS bergerak lebih rendah. Yield tenor dua tahun turun 1 basis poin menjadi 3,4524% dan yield obligasi 10 tahun juga turun 1 basis poin menjadi 4,1082%.
Harga minyak terkoreksi tipis setelah menguat lebih dari 2% pada sesi sebelumnya. Kontrak berjangka Brent turun 0,5% menjadi US$61,63 per barel, setelah melompat 2,1% pada Senin.













