kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   23.000   0,97%
  • USD/IDR 16.617   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.051   -15,35   -0,19%
  • KOMPAS100 1.106   2,18   0,20%
  • LQ45 772   0,26   0,03%
  • ISSI 289   -0,19   -0,07%
  • IDX30 404   0,55   0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,30   -0,29%
  • IDX80 122   0,02   0,02%
  • IDXV30 130   -0,81   -0,62%
  • IDXQ30 128   0,67   0,53%

Saling Balas Biaya Pelabuhan, Ketegangan AS-China Ancam Jalur Perdagangan Global


Rabu, 15 Oktober 2025 / 08:40 WIB
Saling Balas Biaya Pelabuhan, Ketegangan AS-China Ancam Jalur Perdagangan Global
ILUSTRASI. A work scene is taking place at the Longtan Container Terminal of Nanjing Port in Nanjing, Jiangsu province, China, on July 31, 2024. On the same day, the service industry Survey center of the National Bureau of Statistics and the China Federation of Logistics and Purchasing are releasing data, showing that in July, the manufacturing purchasing managers index (PMI) is 49.4%, slightly down 0.1 percentage points from the previous month. (Photo by Costfoto/NurPhoto)NO USE FRANCE


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

​KONTAN.CO.ID – BEIJING/LOS ANGELES. Amerika Serikat (AS) dan China resmi saling mengenakan biaya tambahan di pelabuhan terhadap perusahaan pelayaran yang mengangkut berbagai komoditas mulai dari mainan hingga minyak mentah.

Langkah saling balas ini menandai babak baru dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, menjadikan lautan sebagai medan konfrontasi terbaru.

Ketegangan meningkat setelah China pekan lalu memperluas kendali ekspor terhadap mineral tanah jarang, sementara Presiden Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor produk asal China hingga tiga digit.

Baca Juga: Trump Ancam Pindahkan Laga Piala Dunia 2026 dari Boston, Apa Alasannya?

Namun, setelah akhir pekan, kedua negara berupaya meredakan kekhawatiran pasar dengan menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

China mulai memberlakukan biaya khusus terhadap kapal yang dimiliki, dioperasikan, dibangun, atau berbendera AS.

Namun, kapal buatan China dikecualikan dari kebijakan tersebut.

Menurut siaran CCTV, pengecualian juga berlaku untuk kapal kosong yang masuk ke galangan kapal China untuk perbaikan.

Kebijakan baru ini menyerupai rencana AS yang lebih dulu mengenakan biaya serupa terhadap kapal terkait China.

Biaya akan ditarik di pelabuhan pertama yang disinggahi, berlaku untuk satu perjalanan atau hingga lima pelayaran pertama dalam satu tahun.

“Simetri kebijakan saling balas ini mengunci kedua ekonomi dalam spiral pajak maritim yang berisiko mendistorsi arus perdagangan global,” tulis Xclusiv Shipbrokers yang berbasis di Athena dalam catatannya, Selasa (14/10/2025).

Baca Juga: Bursa Asia Menguat di Pagi Ini (15/10), Indeks Kospi Melejit 1,43%

Awal tahun ini, pemerintahan Trump mengumumkan rencana mengenakan biaya terhadap kapal terkait China untuk mengurangi dominasi Negeri Tirai Bambu di industri maritim global sekaligus memperkuat kapasitas galangan kapal AS.

Investigasi di era Presiden Joe Biden sebelumnya menyimpulkan bahwa China menggunakan kebijakan tidak adil untuk menguasai sektor pelayaran dan logistik dunia membuka jalan bagi pemberlakuan sanksi tersebut.

Menanggapi itu, Beijing pekan lalu mengumumkan akan menerapkan biaya pelabuhan serupa bagi kapal terkait AS, efektif pada hari yang sama dengan penerapan kebijakan di AS.

“Kami berada di fase paling sibuk dari disrupsi ini, di mana semua pihak berusaha mencari cara untuk mengakali situasi,” kata analis pelayaran independen Ed Finley-Richardson. Ia menambahkan, beberapa pemilik kapal AS bahkan berupaya menjual kargo mereka ke negara lain saat masih dalam pelayaran untuk menghindari pelabuhan China.

Analis memperkirakan COSCO, perusahaan pelayaran milik negara China, akan menjadi pihak paling terdampak oleh biaya pelabuhan AS, menanggung hampir separuh dari beban biaya yang diproyeksikan mencapai US$3,2 miliar pada 2026.

Baca Juga: Harga Minyak Turun Rabu (15/10) Pagi, Brent ke US$ 62,27 dan WTI ke US$ 58,60

Sementara itu, operator besar seperti Maersk, Hapag-Lloyd, dan CMA CGM telah mengurangi eksposur mereka dengan mengganti kapal terkait China dari rute pelayaran ke AS.

Departemen Perdagangan AS (USTR) belum memberikan komentar resmi.

Namun, Kementerian Perdagangan China menegaskan, “Jika AS memilih konfrontasi, China akan meladeni hingga akhir. Namun, jika AS memilih dialog, pintu China tetap terbuka.”

Sanksi Baru dan Dampak ke Industri Kapal

Dalam langkah terpisah, China juga menjatuhkan sanksi kepada lima anak usaha perusahaan galangan kapal Korea Selatan Hanwha Ocean yang dianggap “mendukung” investigasi AS terhadap praktik perdagangan China.

Hanwha, yang memiliki Philly Shipyard di AS dan mengerjakan proyek perbaikan kapal Angkatan Laut AS, menyatakan akan terus memantau dampak kebijakan tersebut.

Saham Hanwha Ocean langsung anjlok hampir 6% di bursa Seoul setelah pengumuman sanksi tersebut.

Sementara itu, China juga memulai investigasi sendiri terhadap dampak penyelidikan AS terhadap industri pelayaran dan perkapalannya.

Baca Juga: Emas Tembus US$ 4.155 Rabu (15/10) Pagi, Bersiap Sambut Pemangkasan Bunga The Fed

Pelayaran Global Mencari Jalan Keluar

Seorang konsultan perdagangan di Shanghai menilai, kebijakan biaya baru ini tidak akan sepenuhnya melumpuhkan aktivitas perdagangan.

“Apakah kita akan berhenti mengirim barang? Perdagangan dengan AS memang sudah terganggu, tapi perusahaan akan selalu menemukan cara,” ujarnya.

Pemerintah AS juga memberikan pengecualian sementara bagi kapal pengangkut etana dan LPG yang dioperasikan oleh China dengan kontrak jangka panjang, menunda pemberlakuan biaya pelabuhan hingga 10 Desember.

Data Vortexa menunjukkan sekitar 45 kapal LPG raksasa atau sekitar 11% dari total armada global akan terdampak oleh kebijakan China ini.

Sementara itu, Clarksons Research memperkirakan biaya baru tersebut bisa mempengaruhi kapal tanker minyak yang mewakili 15% kapasitas global.

Analis Jefferies, Omar Nokta, menaksir 13% kapal tanker minyak mentah dan 11% kapal peti kemas dunia akan terkena imbas langsung.

Baca Juga: Krisis Rare Earth Dunia: Uni Eropa Cari Sekutu Hadapi China

Dari Perdagangan ke Kebijakan Iklim

Sebagai balasan atas pembatasan ekspor mineral penting oleh China, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan hingga 100% terhadap produk asal China dan memberlakukan kontrol ekspor baru terhadap “seluruh perangkat lunak penting” mulai 1 November.

Tak hanya itu, Washington memperingatkan bahwa negara-negara yang mendukung rencana Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk menekan emisi gas rumah kaca dari kapal laut berisiko dikenakan sanksi atau larangan berlabuh di pelabuhan AS. China secara terbuka mendukung rencana IMO tersebut.

“Senjata perdagangan dan kebijakan lingkungan kini telah menyatu, menjadikan industri pelayaran bukan lagi sekadar sarana perdagangan global, melainkan instrumen politik antarnegara,” tulis Xclusiv.

Saham COSCO sempat naik lebih dari 2% di bursa Shanghai pada Selasa pagi.

Perusahaan itu menyatakan telah menyetujui rencana pembelian kembali saham senilai hingga 1,5 miliar yuan (sekitar US$210 juta) dalam tiga bulan ke depan untuk menjaga nilai perusahaan dan melindungi kepentingan pemegang saham.

Selanjutnya: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah, Cek 6 Saham Ini Bisa Dicermati untuk Hari Ini (15/10)

Menarik Dibaca: Cuaca Panas Terik, BMKG Mencatat Suhu Tertinggi Tercatat di Daerah Ini




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×