Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perlambatan ekonomi Tiongkok semakin mendalam. Indikasinya dari data ekonomi terbaru China yakni pertumbuhan produksi industri pada bulan Agustus 2019 yang terlemah dalam 17,5 tahun terakhir.
Efek perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) dan pelemahan permintaan domestik telah memukul industri China.
Baca Juga: Rusia: Dunia punya cadangan minyak yang cukup untuk menggantikan produksi Saudi
Reuters melaporkan, data lain yakni data penjualan ritel dan investasi juga memburuk, memperkuat pandangan bahwa China kemungkinan akan memangkas beberapa suku bunga acuan pada minggu ini untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga tahun untuk mencegah penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi.
Meskipun ada banyak langkah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi sejak tahun lalu, ekonomi China rupanya belum stabil. Para analis mengatakan Beijing perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus untuk menangkal perlambatan yang lebih tajam.
Pertumbuhan output industri secara tak terduga melemah menjadi 4,4% pada Agustus 2019 dari periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan output industri ini merupakan laju paling lambat sejak Februari 2002. Analis yang disurvei Reuters memperkirakan kenaikan output industri hingga 5,2%.
Baca Juga: China: Jangan salahkan siapapun terkait serangan ke Arab tanpa investigasi
Secara khusus, nilai ekspor industri yang dikirim turun 4,3% pada Agustus 2019, penurunan bulanan pertama sejak setidaknya dalam dua tahun terakhir menurut catatan Reuters. Ini menandakan tensi yang meningkat dalam perang dagan China-AS sedang menimpa produsen Cina.
Perang dagang berkepanjangan, meningkat secara dramatis pada bulan lalu, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif baru untuk barang-barang Tiongkok mulai 1 September, dan China membiarkan mata uang yuan melemah tajam beberapa hari kemudian.
Setelah China merilis tarif impor balasan, Trump mengatakan tarif impor akan dinaikkan lagi dalam beberapa bulan mendatang, pada bulan Oktober dan Desember.
Kedua negara memang tengah mengatur negosiasi pada awal Oktober 2019. Namun, sebagian besar analis tidak berharap banyak akan ada kesepakatan perdagangan yang mengikat lama, atau penurunan tensi perang dagang yang signifikan dalam waktu dekat.
Baca Juga: PM China: Sangat sulit bagi perekonomian Tiongkok tumbuh 6%
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa "sangat sulit" ekonomi China untuk tumbuh 6% atau lebih. Pertumbuhan ekonomi China menghadapi "tekanan ke bawah".
Para trader berekspektasi akan ada penurunan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah bank sentral China pada Selasa (17/9), yang akan membuka jalan bagi pengurangan tingkat suku bunga acuan pinjaman baru di akhir minggu ini.
Beberapa analis mengatakan dalam beberapa pekan terakhir pertumbuhan ekonomi China sudah menguji batas bawah target setahun penuh sekitar 6%-6,5%, yang kemungkinan akan memacu pelonggaran kebijakan lebih lanjut. Pertumbuhan ekonomi China di kuartal II 2019 melambat menjadi 6,2%, terlemah dalam hampir 30 tahun.
Baca Juga: Demi kesepakatan dagang, Jepang akan menghapus tarif impor wine dari AS
"Risiko downside karena pihak berwenang tidak meningkatkan dukungan kebijakan secara memadai," kata Louis Kuijs, Kepala Ekonomi Asia di Oxford Economics.
Ruang untuk stimulus diyakini dibatasi oleh kekhawatiran tentang meningkatnya risiko utang. Dus, pelonggaran kebijakan oleh People's Bank of China (PBOC) diperkirakan akan lebih terkendali dibandingkan Federal Reserve AS atau Bank Sentral Eropa.
Ting Lu, Kepala Ekonom China di Nomura menulis dalam sebuah catatan setelah rilis data bahwa penurunan tingkat MLF sekitar 10 basis poin pada hari Selasa menjadi lebih mungkin.
Baca Juga: IMF: Resesi global masih jauh!
Awal bulan ini, PBOC memangkas jumlah bank kas yang harus disimpan sebagai cadangan untuk ketujuh kalinya sejak awal tahun lalu untuk meningkatkan dana yang tersedia untuk pinjaman.
Pemotongan rasio persyaratan pencadangan dari PBOC saja tidak cukup untuk mengamankan pertumbuhan ekonomi di atas 6% tahun ini," kata analis di ANZ.
Baca Juga: Perang dagang kian reda, China bebaskan produk pertanian AS dari tarif tambahan
Untuk memberi biaya pembiayaan lebih rendah, menurut analis tersebut, PBOC perlu memotong biaya operasi pasar terbuka atau tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah pada kuartal keempat nanti.