kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Taiwan Terguncang Penembakan Rafale Milik India, Senjata China Mulai Diperhitungkan


Selasa, 13 Mei 2025 / 22:17 WIB
Taiwan Terguncang Penembakan Rafale Milik India, Senjata China Mulai Diperhitungkan
ILUSTRASI. Pesawat Tempur Rafale AU Prancis terbang bersama F16 TNI AU di Lanud Iswahjudi Maospati, Madiun, Selasa (25/7) Sejak India meluncurkan Operasi Sindoor di Pakistan, Islamabad mengklaim telah berhasil menembak jatuh beberapa jet tempur India, termasuk Rafale.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Sejak India meluncurkan Operasi Sindoor pada 7 Mei lalu dan menyerang kamp-kamp teroris di Pakistan, Islamabad mengklaim telah berhasil menembak jatuh beberapa jet tempur India, termasuk Rafale, menggunakan jet tempur J-10C buatan China. 

Meski belum dapat diverifikasi secara independen, klaim ini dinilai dapat menimbulkan kekhawatiran bagi Taiwan, yang selama ini hidup dalam ancaman potensi invasi dari Tiongkok.

Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima pesawat tempur India di wilayah Kashmir dan sekitarnya, termasuk Rafale generasi 4,5 milik Angkatan Udara India (IAF).

Baca Juga: China Mulai Menggerogoti Pangsa Pasar Industri Chip Taiwan

Mengutip Eurasiantimes.com, Selasa (13/5) seorang pejabat intelijen tinggi asal Prancis yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada CNN bahwa satu jet Rafale milik India telah berhasil dijatuhkan oleh Pakistan. 

Sementara itu, dua pejabat Amerika Serikat (AS) menyampaikan kepada Reuters bahwa sedikitnya dua pesawat India telah ditembak jatuh oleh jet tempur buatan China yang dioperasikan Pakistan.

Sejumlah media lainnya turut menguatkan klaim ini. Bahkan seorang petinggi IAF dalam konferensi pers pada 11 Mei menyebut bahwa kerugian merupakan bagian dari operasi tempur, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Baca Juga: India dan China Sepakat Lanjutkan Perjalanan Udara, Selesaikan Perselisihan Ekonomi

Peristiwa ini menguntungkan China, yang kemudian mengklaim bahwa teknologi mereka—seperti jet J-10 dan rudal PL-15, memiliki keunggulan atas jet Rafale milik India. Para analis militer China menilai bahwa kejadian ini menjadi bukti keunggulan persenjataan mereka.

Beberapa negara diperkirakan mengamati dengan saksama bentrokan tersebut untuk menilai efektivitas alutsista buatan China, termasuk negara-negara yang memandang China sebagai ancaman langsung. Taiwan diduga menjadi salah satu yang paling waspada.

Reaksi Netizen dan Blogger China

Blogger militer China mengklaim bahwa mantan perwira Angkatan Laut Taiwan, Kapten (Purn.) Lu Lishi, dalam sebuah acara komentar politik, menampilkan gambar reruntuhan pesawat yang disebut-sebut ditemukan di Punjab, India. 

Ia mencoba mengidentifikasi apakah reruntuhan tersebut berasal dari jet Rafale buatan Prancis.

Artikel serupa juga mengutip Letjen (Purn.) Shuai Huamin dari Angkatan Darat Taiwan yang menyatakan bahwa jet tempur India seperti MiG-29, Su-30, dan Rafale lebih canggih dibandingkan dengan Mirage 2000 yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Taiwan.

Baca Juga: Setelah 5 Tahun, India dan China Sepakat untuk Buka Lagi Perjalanan Udara

"Angkatan Udara Taiwan harus waspada, karena Rafale merupakan versi lanjutan dari Mirage 2000 yang kini digunakan," ujarnya dalam sebuah program di saluran Zhongtian News.

Media EurAsian Times mencatat bahwa mereka tidak dapat mengakses langsung program tersebut.

Blogger militer China lainnya menyatakan bahwa keberhasilan jet tempur J-10 melawan pesawat India seharusnya menjadi peringatan bagi militer Taiwan.

“Ini adalah situasi yang kurang menguntungkan yang akan dihadapi tentara Taiwan jika berhadapan langsung dengan Tentara Pembebasan Rakyat,” tulis salah satu blogger, seraya menyindir komentar publik Taiwan yang menghubungkan jatuhnya jet India dengan tembakan kawan atau kesalahan teknis.

Sebagian netizen China juga menyoroti kekhawatiran para pakar di Taiwan terkait kemampuan Mirage 2000-5 yang sudah menua, terutama jika harus menghadapi J-10C milik Tiongkok dalam skenario konflik di Selat Taiwan.

Baca Juga: Tarif Dilonggarkan, China Mulai Redam Panasnya Perang Dagang dengan AS

Sejumlah blogger menyebut bahwa kerugian yang diderita India akan membuka mata rakyat Taiwan mengenai potensi alutsista Tiongkok.

“Kelompok pendukung kemerdekaan Taiwan kerap meremehkan kemampuan senjata PLA karena belum diuji dalam konflik nyata. Mereka percaya bahwa Mirage 2000 milik Angkatan Udara Taiwan mampu melawan PLA dalam pertempuran,” tulis seorang blogger.

“Akan tetapi, kejadian ini menyadarkan bahwa senjata Barat, termasuk milik AS, tidak selalu superior. Jika terjadi pertempuran di Selat Taiwan, jet tempur Taiwan mungkin tidak akan mampu mengudara.”

Taiwan di Tengah Keterbatasan Jet Tempurnya

Hingga kini, pemerintah Taiwan belum memberikan komentar resmi atas klaim Pakistan. Namun, apabila terbukti bahwa J-10C dengan rudal PL-15E berhasil menjatuhkan Rafale dan pesawat India lainnya, Taiwan akan dipaksa meninjau kembali kesiapan armadanya dalam menghadapi pesawat tempur Tiongkok, khususnya jet tempur siluman J-20.

Beberapa analis memperkirakan bahwa China bisa saja menginvasi Taiwan paling cepat pada tahun 2027.

Di media sosial, warganet China mempertanyakan bagaimana Taiwan bisa menghadapi J-10C yang dipersenjatai rudal jarak jauh seperti PL-15, jika Rafale saja bisa dijatuhkan. 

Rudal ini mampu menyerang dari jarak hingga 200 km. Lebih lanjut, mereka mempertanyakan bagaimana Taiwan bisa melawan J-20, pesawat tempur generasi kelima milik PLA.

Baca Juga: Tarif China Berlaku, Ekspor Batu Bara AS ke India Melonjak

Taiwan sendiri telah lama mempertanyakan efektivitas Mirage 2000-5, terutama terkait usia pesawat, tingginya biaya operasional, dan keterbatasan dalam menghadapi pesawat tempur generasi terbaru milik China.

Sebagai catatan, Taiwan mengakuisisi 60 unit Mirage 2000-5 pada 1992 untuk mengimbangi Su-27 milik China. Namun kini, dengan PLAAF yang memiliki J-16, J-10C, dan J-20, efektivitas Mirage kian dipertanyakan.

Pada 2023, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengakui bahwa meski Mirage masih berfungsi dengan baik, usia pesawat menjadi kendala. Ditambah lagi, produksi Mirage telah dihentikan, sehingga peningkatan kemampuannya menjadi sangat mahal.

Pejabat Taiwan juga mengungkapkan bahwa Mirage 2000-5 tidak memiliki kemampuan serangan darat dan belum terintegrasi dengan sistem C4ISR Taiwan, yang menghambat perannya dalam operasi modern lintas domain.

Mantan Wakil Panglima AU Taiwan, Zhang Yanting, bahkan mengkhawatirkan masa depan Mirage 2000-5 karena usianya yang telah mencapai 25 tahun, biaya perawatan yang sangat tinggi (sekitar US$28.500 per jam terbang), dan ketidakmampuannya bersaing dengan jet tempur modern seperti J-20.

Baca Juga: Taiwan Laporkan Patroli Tempur Pertama China di Awal Tahun Baru 2025

Untuk menjaga kesiapan tempur dalam jangka pendek, Taiwan menginvestasikan sekitar US$340 juta pada 2024 untuk pengadaan suku cadang mesin dan rudal bagi Mirage.

Meski demikian, peran Mirage tetap penting dalam misi intersepsi cepat, terutama berkat kecepatan pendakiannya. Pesawat ini sering kali dikerahkan dalam menghadapi pelanggaran wilayah udara Taiwan oleh Tiongkok. 

Namun, rumor tentang penonaktifannya terus berkembang. Beberapa pihak bahkan menyarankan agar Mirage digantikan dengan F-16V atau jet tempur buatan dalam negeri.

Sebagai langkah antisipatif, Taiwan kini sedang mengakuisisi 66 unit F-16V, varian terbaru dari jet tempur buatan Amerika Serikat. Meski F-16V diperkirakan mampu bersaing dengan J-10C, kemampuannya untuk menghadapi J-20 masih diragukan.

Baca Juga: Taiwan Deteksi Balon Pengintai Milik China di Atas Laut, Pertama Kali Sejak April

Selain itu, integrasi Mirage dengan F-16V juga dinilai terbatas karena perbedaan avionik, sistem tautan data, dan arsitektur komando serta pengintaian, yang menimbulkan tantangan operasional lebih lanjut.

Dengan demikian, laporan terbaru mengenai keberhasilan jet J-10 Pakistan menembak jatuh pesawat India menjadi peringatan serius, tidak hanya bagi Taiwan, tetapi juga bagi negara-negara Barat yang mengandalkan teknologi tempur mereka dalam menghadapi ancaman militer China.

Selanjutnya: Penjualan JD.com Melonjak Berkat Stimulus Pemerintah China

Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Cysteamine Cream yang Ampuh dan Aman, Sudah Berizin BPOM



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×