Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Hari ini, rupiah Indonesia dan dolar Singapura memimpin kenaikan mata uang Asia. Penguatan tersebut disebabkan adanya spekulasi bakal ada perbaikan dalam sistem finansial perbankan Amerika Serikat (AS). Jika hal itu terjadi, tentunya akan meningkatkan permintaan aset-aset di emerging market. Sebaliknya, won milik Korea Selatan melemah untuk pertama kalinya dalam lima hari terakhir.
Tujuh dari sepuluh mata uang Asia paling aktif –di luar yen Jepang- mengalami penguatan terhadap dolar AS. Hal ini dipicu oleh pernyataan JPMorgan dan Citigroup Inc yang mengatakan bahwa mereka berhasil membukukan laba pada bulan Januari hingga Februari lalu.
“Kita bisa memprediksi pelemahan dolar terhadap sejumlah mata uang di Asia,” ujar Emmanuel Ng, Economist Oversea Chinese Banking Corp di Singapura.
Asal tahu saja, pada pukul 11.04 waktu Jakarta, rupiah menguat 0,4% menjadi 11.983 per dolar. Sementara dolar Singapura menguat 0,6% menjadi S$ 1,5292 dan ringgit Malaysia menguat 0,1% menjadi 3,6895.
Sementara itu, hari ini, yen Jepang mengalami penguatan menjadi 96,30 per dolar di Tokyo dari posisi kemarin sebesar 97,27. Penguatan ini terjadi setelah laporan yang dirilis Pemerintah Jepang menunjukkan perekonomian Negeri Sakura itu mengalami penurunan lebih kecil dibanding prediksi para analis.
Sementara itu, sejumlah mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar. Sebut saja peso Filipina yang menguat 0,2% menjadi 48,33 per dolar dan rupe India menguat 0,6% menjadi 51,562. Sedangkan yuan China dan dong Vietnam tak banyak mengalami perubahan hari ini dan bertengger pada level 6,8393 dan 17.484,5.