Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
6. Jyoti Bansal, Pendiri AppDynamics
Bansal tiba di AS dengan visa H-1B pada tahun 2000 dan beralih ke kartu hijau tujuh tahun kemudian. Ia membangun AppDynamics menjadi platform manajemen kinerja aplikasi terkemuka, yang kemudian diakuisisi oleh Cisco senilai US$ 3,7 miliar.
7. Jeff Skoll, Mantan Presiden eBay
Skoll memegang visa H-1B saat mengawasi perkembangan awal eBay, kemudian beralih ke visa O-1 dan memperoleh kewarganegaraan AS pada tahun 2007. Ia menjadi miliarder dan filantropis, menggunakan sumber dayanya untuk mendanai inisiatif dampak sosial global melalui Skoll Foundation.
8. Aravind Srinivas, CEO Perplexity AI
Srinivas tahun lalu mengatakan ia masih menunggu kartu hijaunya.
"Saya sudah menunggu kartu hijau saya selama 3 tahun terakhir. Masih belum mendapatkannya. Kebanyakan orang tidak mengerti ketika mereka berbicara tentang imigrasi," tulisnya di X.
Tonton: Trump Cabut Lebih dari 6.000 Visa Mahasiswa, Sebagian karena Dugaan Terorisme
Srinivas mendirikan Perplexity AI pada tahun 2022 setelah bekerja di DeepMind, Google, dan OpenAI.
Biaya H-1B yang baru diperkirakan akan memengaruhi para profesional terampil India secara tidak proporsional, karena warga India menyumbang sekitar 71% dari semua aplikasi H-1B yang disetujui dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun pemegang visa saat ini dan perpanjangannya tidak terpengaruh, kebijakan ini telah memicu perdebatan tentang pendekatan AS dalam menarik talenta global dan potensi dampaknya terhadap sektor inovasi dan teknologi.
Para ahli memperingatkan bahwa penerapan hambatan yang tinggi dapat mengusir talenta berkeahlian tinggi dari AS, yang berpotensi memperlambat inovasi di bidang-bidang seperti AI, komputasi awan, dan bioteknologi. Ini merupakan sektor-sektor di mana perusahaan-perusahaan seperti Microsoft, Zoom, dan Tesla telah memanfaatkan keahlian global untuk bersaing secara global.