kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.328   0,00   0,00%
  • IDX 7.423   24,79   0,34%
  • KOMPAS100 1.044   -0,59   -0,06%
  • LQ45 790   0,72   0,09%
  • ISSI 248   -0,31   -0,13%
  • IDX30 410   1,00   0,25%
  • IDXHIDIV20 469   2,89   0,62%
  • IDX80 118   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 119   0,06   0,05%
  • IDXQ30 130   0,33   0,26%

AI Bisa Menilai Keramik China Kuno 99% Akurat, Kabar Baik buat Kolektor


Selasa, 22 Juli 2025 / 06:30 WIB
AI Bisa Menilai Keramik China Kuno 99% Akurat, Kabar Baik buat Kolektor
ILUSTRASI. Keramik China


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - Keramik, karya perpaduan sederhana antara tanah, api, dan seni, telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama ribuan tahun.

Dari jalur perdagangan Dinasti Tang hingga istana-istana Renaissance di Eropa, dari lemari kaca museum hingga lantai lelang paling eksklusif di dunia, keramik telah melintasi batas budaya dan waktu.

Kini, warisan panjang itu bertemu dengan teknologi mutakhir di sebuah laboratorium di Universiti Putra Malaysia.

Bersama tim dari University of New South Wales (UNSW) Sydney, para peneliti telah menciptakan sistem AI canggih yang mampu mengidentifikasi jenis keramik China dan bahkan memperkirakan nilai pasarnya berdasarkan data dari rumah lelang ternama seperti Sotheby’s dan Christie’s.

Baca Juga: Trump Bikin Heboh Lagi! Unggah Video AI Obama Ditangkap FBI di Oval Office

Kombinasi AI dan Budaya: Sebuah Inovasi Penting

Sistem ini menggunakan teknologi deep learning untuk menganalisis bentuk fisik, gaya dekoratif, serta ciri khas dari masing-masing jenis kiln (tempat pembakaran keramik).

Hasilnya mencengangkan: akurasi pengujian sistem ini mencapai 99% dalam mengklasifikasi gaya keramik berdasarkan citra visual dan pola ornamen.

Menurut Siqi Wu, salah satu peneliti utama proyek ini, semua proses dijalankan hanya dengan GPU consumer-grade NVIDIA GeForce RTX 3090 ,kartu grafis yang sama digunakan oleh para gamer untuk memainkan game berat seperti Cyberpunk 2077 dan Alan Wake 2. Ini membuktikan bahwa teknologi canggih tidak selalu harus mahal atau industrial; kekuatan ada pada algoritma dan data yang dimiliki.

“Harga dan tanggal pembuatan artefak masih sangat bergantung pada penilaian subjektif pakar,” jelas Wu.

“Sayangnya, akses terhadap pakar tersebut tidak mudah, terutama bagi kolektor muda, institusi kecil, atau proyek digitalisasi budaya.”

Tujuan utama sistem ini adalah menjadikan penilaian budaya lebih objektif, efisien, dan inklusif, membuka jalan bagi siapa saja untuk memahami dan mengapresiasi artefak bersejarah tanpa harus memiliki latar belakang akademis mendalam.

Baca Juga: AI dan Blockchain Mulai Guncang Sistem Pendidikan Konvensional

20 Gaya Keramik China Melintasi Zaman

Dalam pengembangannya, AI dilatih menggunakan kumpulan data dari 20 gaya keramik khas China yang berasal dari tujuh periode sejarah, mulai dari Dinasti Tang (618–907 M) hingga Era Modern (1913–2025).

Setiap gaya dipilih berdasarkan keunikan visual dan pentingnya secara historis, termasuk teknik dekorasi, warna glasir, dan bentuk wadah.

AI ini juga mengklasifikasi keramik berdasarkan enam kategori pola dekoratif utama:

  1. Pola tumbuhan (flora)
  2. Motif hewan (fauna)
  3. Pemandangan alam
  4. Tokoh manusia
  5. Retakan khas glasir (crackled glaze)
  6. Desain geometris

Dengan mendeteksi pola dominan dalam satu gambar, sistem dapat memberi label yang tepat untuk setiap objek, memungkinkan identifikasi cepat dalam arsip digital maupun katalog koleksi pribadi.

Baca Juga: Meta Bajak Dua Peneliti AI Apple untuk Dorong Ambisi Superintelligence

Dari Bentuk hingga Nilai: Bagaimana AI Menilai Harga Artefak?

Selain klasifikasi artistik, AI ini juga menggunakan model YOLOv11 (You Only Look Once) untuk deteksi objek dan algoritma penilaian harga yang dilatih berdasarkan tahun-tahun data hasil lelang nyata.

Dalam salah satu pengujian, AI memperkirakan harga sebuah artefak Dinasti Ming hanya 30% di bawah harga lelang akhirnya ,sebuah capaian luar biasa bagi sistem non-manusia.

Tidak hanya itu, sistem ini juga mampu memecah bentuk keramik ke dalam struktur morfologis modular: leher botol, gagang, bahu, cerat, badan, dan dasar. Dengan pendekatan ini, sistem dapat mengenali bentuk seperti botol, guci, piring, mangkuk, cangkir, pot, hingga baskom.

Tim peneliti tidak berhenti di keramik. Mereka kini tengah mengembangkan AI untuk menganalisis bentuk warisan visual budaya lainnya, termasuk kostum opera Kanton dan mural sejarah.

Hal ini menunjukkan potensi besar dari AI dalam mendemokratisasi pemahaman sejarah visual dan memperluas akses ke pengetahuan budaya yang sebelumnya hanya dikuasai oleh segelintir ahli.

Baca Juga: Jensen Huang, NVIDIA: Andai Saya Lulus Kuliah Tahun Ini, Saya Akan Fokus Ilmu Fisika

Apa Artinya Inovasi Ini untuk Dunia Budaya dan Kolektor?

Sistem AI ini dapat menjadi revolusi dalam dunia koleksi, museum, dan pelestarian budaya, memberikan sarana yang cepat, akurat, dan terjangkau untuk menilai artefak berharga.

Selain itu, teknologi ini juga membuka kemungkinan baru dalam pendidikan sejarah visual, serta membantu digitalisasi arsip di institusi budaya kecil dan menengah.

Dengan hanya sebuah kartu grafis gaming dan kumpulan data yang kuat, kini siapa pun dapat ikut dalam perbincangan global tentang warisan budaya dan nilai sejarah.

Di dunia di mana teknologi sering diasosiasikan dengan masa depan, proyek ini membuktikan bahwa teknologi juga bisa menjadi jembatan ke masa lalu.

Selanjutnya: Ini Panduan Lengkap Ajukan KUR Mandiri 2025 untuk Para Pelaku Usaha

Menarik Dibaca: Ini Panduan Lengkap Ajukan KUR Mandiri 2025 untuk Para Pelaku Usaha




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×