kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah modern bakal melanda Rusia, ini pemicunya


Senin, 19 April 2021 / 05:34 WIB
Aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah modern bakal melanda Rusia, ini pemicunya
ILUSTRASI. Navalny mengumumkan rencana untuk melakukan aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah modern Rusia pada hari Minggu (18/4/2021). Press service of Simonovsky District Court/Handout via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Kritikus Kremlin yang merupakan sekutu Alexei Navalny mengumumkan pada hari Minggu (18/4/2021) rencana mereka untuk melakukan aksi unjuk rasa terbesar dalam sejarah modern Rusia. Rencananya, aksi tersebut akan dihelat pada Rabu mendatang. 

Sementara itu, Washington memperingatkan, Rusia akan mendapatkan balasan yang setimpal jika Navalny meninggal di penjara karena melakukan aksi mogok makan.

Melansir Reuters, tanggal aksi unjuk rasa diajukan setelah serikat pekerja medis yang memiliki hubungan dengan Navalny mengatakan pada hari Sabtu bahwa dia dalam kondisi kritis. Dari hasil tes medis diketahui, Navalny dapat mengalami gagal ginjal yang bisa menyebabkan serangan jantung.

"Segalanya berkembang terlalu cepat dan terlalu buruk," tulis rekan-rekannya dalam sebuah pernyataan di situs Navalny.

Pada kesempatan itu, mereka juga mengumumkan rencana untuk melakukan aksi demonstrasi jalanan nasional yang mereka gambarkan sebagai upaya untuk memenangkan perawatan medis yang menyelamatkan nyawa seseorang.

Baca Juga: AS beri sanksi, Rusia: Kami berulang kali peringatkan, respons kami tak terhindarkan

"Situasi ekstrim menuntut keputusan ekstrim," kata mereka seperti yang dilansir Reuters.

Nasib Navalny yang berusia 44 tahun, salah satu kritikus Presiden Vladimir Putin yang paling menonjol, menambah ketegangan akut dalam hubungan Rusia dengan Barat. Penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden Jake Sullivan mengatakan pada Minggu bahwa pemerintah AS telah memberi tahu Rusia "akan ada konsekuensi" jika Navalny tewas di penjara. 

Baca Juga: Rusia memperpanjang pelambatan akses Twitter hingga pertengahan Mei

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Uni Eropa diperkirakan akan membahas kasus Navalny pada hari Senin. Josep Borrell, diplomat utama blok tersebut, berjanji untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas masalah tersebut.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas meminta Navalny untuk segera menerima perawatan medis. Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kekuatan dunia harus menarik "garis merah yang jelas" dengan Rusia dan mempertimbangkan kemungkinan dijatuhkannya sanksi kepada negara tersebut. 

Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, London juga sangat prihatin dengan laporan tentang perlakuan yang tidak dapat diterima terhadap Navalny dan bagaimana kesehatannya terus memburuk.

Baca Juga: Rusia tolak seruan AS untuk menghancurkan senjata kimia, ini kata Kremlin

Pihak berwenang telah membubarkan protes pro-Navalny dengan kekerasan di masa lalu dan menahan ribuan orang. Sementara, aksi demonstrasi yang direncanakan pada hari Rabu jatuh pada hari yang sama ketika Presiden Vladimir Putin memberikan pidato kenegaraan.

Para pendukung Navalny mengatakan, aksi tersebut akan menjadi kesempatan terakhir untuk menghentikan Rusia agar tidak tenggelam ke dalam "kegelapan".

Baca Juga: Biden: Putin akan bayar mahal campur tangannya dalam Pilpres AS

"Pertempuran terakhir yang sangat sulit antara orang normal dan kejahatan absolut menanti di depan," kata mereka.

Otoritas Rusia menuduh Navalny membesar-besarkan kondisi medisnya untuk menarik perhatian, dan menolak perawatan medis penjara. Mereka telah berjanji untuk memastikan dia selamat.

"Dia tidak akan diizinkan mati di penjara, tetapi saya dapat mengatakan bahwa Tuan Navalny, dia berperilaku seperti penjahat," kata Andrei Kelin, duta besar Rusia untuk Inggris, dalam wawancara dengan BBC pada hari Minggu.

Navalny mengatakan, otoritas penjara mengancam akan memasukkannya ke dalam jaket ketat untuk dicekok paksa makan kecuali dia mau menerima makanan. Beberapa aktivis meminta dia diterbangkan ke luar negeri untuk perawatan medis darurat.

Mengingatkan saja, Navalny sempat melakukan perjalanan ke Jerman pada Agustus lalu untuk mendapatkan perawatan menyusul serangan keracunan zat saraf yang dia tuduhkan pada Putin. Navalny kemudian ditangkap pada Januari ketika dia kembali ke Rusia dan dipenjara selama 2,5 tahun pada Februari karena pelanggaran pembebasan bersyarat. Sebuah alasan yang menurut Navalny sangat dibuat-buat.

Kremlin mengatakan tidak melihat adanya bukti bahwa dia diracun dan membantah peran Rusia jika dia diracun.

Navalny mulai menolak makanan pada 31 Maret sebagai aksi protes atas apa yang dia katakan sebagai penolakan otoritas penjara untuk memberinya perawatan medis yang memadai untuk nyeri punggung dan kaki akut.

Baca Juga: Kasus Alexei Navalny, AS jatuhkan sanksi terhadap Rusia

Otoritas penjara mengatakan Navalny ditawari perawatan medis yang tepat tetapi ditolak. Dia bersikeras dirawat oleh dokter pilihannya dari luar fasilitas, permintaan yang langsung ditolak oleh Kremlin.

Sekutu Navalny mengatakan dia menolak perawatan medis penjara karena sudah ketinggalan zaman dan, terkadang, bahkan berbahaya.

Selanjutnya: Rusia tahan lebih dari 5.000 orang pada aksi unjuk rasa untuk mendukung Navalny




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×