Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/ADEN, Yaman. Amerika Serikat (AS) berjanji akan terus menyerang kelompok Houthi di Yaman hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal dagang. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada Minggu (16/3).
Sementara kelompok yang didukung Iran itu mengancam akan meningkatkan serangan sebagai balasan atas serangan udara AS yang menewaskan puluhan orang sehari sebelumnya.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 53 orang.
Baca Juga: Houthi Ancam Balas Serangan Amerika Serikat (AS) di Yaman dengan Eskalasi
Serangan ini menjadi operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa kampanye ini bisa berlangsung selama beberapa minggu.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menegaskan bahwa kelompoknya akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah selama serangan AS terhadap Yaman berlanjut.
"Jika mereka terus melakukan agresi, kami akan meningkatkan serangan," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
Biro politik Houthi menyebut serangan AS sebagai "kejahatan perang," sementara Rusia mendesak Washington untuk menghentikan serangan.
Juru bicara militer Houthi mengklaim, tanpa memberikan bukti, bahwa mereka telah menyerang kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang AS lainnya di Laut Merah dengan rudal balistik dan drone sebagai respons terhadap serangan AS.
Namun, seorang pejabat AS mengatakan bahwa pesawat tempur AS berhasil menembak jatuh 11 drone Houthi pada Minggu, dan tidak ada yang mendekati kapal Truman.
AS juga melacak sebuah rudal yang jatuh di lepas pantai Yaman dan dianggap tidak mengancam kapal mereka.
Baca Juga: Trump Melancarkan Serangan Besar-besaran ke Houthi di Yaman, 31 Orang Tewas
AS: Serangan akan Terus Berlanjut
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa serangan ini akan berlanjut hingga Houthi menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal dagang di perairan vital tersebut.
"Begitu Houthi mengatakan mereka akan berhenti menembaki kapal-kapal kami, kami akan berhenti menembaki drone mereka. Kampanye ini akan berakhir, tetapi sampai saat itu, kami tidak akan berhenti," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kampanye ini bertujuan untuk melindungi jalur perdagangan global dan menegaskan bahwa Iran telah mendukung Houthi terlalu lama. "Mereka sebaiknya mundur sekarang," ujarnya.
Kelompok Houthi, yang telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama satu dekade terakhir, sebelumnya mengancam akan menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah jika Israel tidak mencabut blokade bantuan ke Gaza.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump Tetapkan Houthi Yaman sebagai Organisasi Teroris Asing
Mereka mulai melancarkan serangan terhadap kapal-kapal dagang sejak perang Israel-Hamas pecah pada akhir 2023 sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di Gaza.
Presiden Trump juga memperingatkan Iran, pendukung utama Houthi, untuk segera menghentikan dukungannya terhadap kelompok tersebut.
"Jika Iran mengancam Amerika Serikat, kami akan meminta pertanggungjawaban penuh kepada mereka, dan kami tidak akan bersikap lunak!" katanya.
Iran Peringatkan AS agar Tidak Meningkatkan Ketegangan
Sebagai respons, Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran Hossein Salami menegaskan bahwa keputusan yang diambil Houthi bersifat independen.
"Kami memperingatkan musuh bahwa Iran akan merespons dengan tegas jika mereka melanjutkan ancaman mereka," ujarnya kepada media pemerintah Iran.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan "penahanan diri secara maksimal dan penghentian semua aktivitas militer" di Yaman.
Ia memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat "memicu siklus pembalasan yang semakin mengacaukan Yaman dan kawasan, serta memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di negara itu."
Baca Juga: Setelah Menuding Iran, Giliran Itellijen AS Menyebut China Membantu Houthi Yaman
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan dalam wawancara dengan CBS News bahwa Iran turut bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan Houthi.
"Tak mungkin Houthi mampu melakukan ini tanpa dukungan Iran. Jadi, pesan kami kepada Iran jelas: berhenti mendukung mereka, karena Anda juga akan bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal Angkatan Laut AS dan kapal dagang global," katanya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meminta AS untuk segera menghentikan penggunaan kekuatan dan menyerukan dialog politik.
Korban Sipil dan Dampak Serangan
Juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees Alsbahi, mengatakan bahwa lima anak dan dua perempuan termasuk di antara 53 orang yang tewas akibat serangan AS. Sebanyak 98 orang lainnya mengalami luka-luka.
Pentagon belum memberikan tanggapan atas klaim mengenai korban sipil tersebut. Reuters juga belum dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.
Penduduk di ibu kota Yaman, Sanaa, mengatakan bahwa serangan udara menghantam kawasan yang dikenal sebagai tempat tinggal beberapa pemimpin Houthi.
"Ledakan sangat kuat, mengguncang lingkungan kami seperti gempa bumi. Wanita dan anak-anak kami ketakutan," kata seorang warga bernama Abdullah Yahia.
Baca Juga: Israel: Kelompok Houthi akan Bernasib Sama dengan Hamas dan Hizbullah
Di Sanaa, derek dan buldoser digunakan untuk membersihkan puing-puing di lokasi yang terkena serangan. Sementara itu, di rumah sakit, para tenaga medis merawat korban luka, termasuk anak-anak.
Beberapa jenazah yang terbungkus plastik tampak diletakkan di halaman rumah sakit, seperti yang terlihat dalam rekaman Reuters.
Serangan juga dilaporkan menghantam situs militer Houthi di kota Taiz, menurut dua saksi mata pada Minggu.
Serangan Houthi di Laut Merah Mengganggu Perdagangan Global
Di tempat lain, sebuah serangan terhadap pembangkit listrik di kota Dahyan menyebabkan pemadaman listrik, menurut laporan TV Al-Masirah.
Dahyan dikenal sebagai tempat Abdul Malik al-Houthi sering bertemu dengan para tamunya.
Serangan Houthi terhadap kapal dagang telah mengganggu perdagangan global dan memaksa militer AS mengeluarkan biaya besar untuk mencegat rudal dan drone mereka.
Kelompok ini sempat menangguhkan serangan mereka setelah Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata di Gaza pada Januari.
Namun, pada 12 Maret, Houthi mengumumkan bahwa ancaman mereka terhadap kapal-kapal Israel akan terus berlanjut hingga Israel mengizinkan kembali pengiriman bantuan dan makanan ke Gaza.