Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID -Â WASHINGTON/TOKYO. Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, diharapkan akan menyetujui kemitraan militer yang lebih erat dalam waktu dekat.
Rencana tersebut mencakup pembicaraan mengenai kemungkinan restrukturisasi komando militer AS di wilayah Asia Timur, sebuah langkah yang diyakini menjadi yang terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Informasi ini disampaikan oleh dua sumber yang memiliki pengetahuan langsung terkait rencana tersebut.
Menurut sumber-sumber tersebut, Washington sedang mempertimbangkan penunjukan seorang komandan bintang empat untuk mengawasi pasukan AS di Jepang.
Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik Saat Blinken Kunjungi Korea Selatan
Langkah ini diharapkan untuk menjadi respons terhadap usulan Jepang yang menginginkan kepala markas Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) untuk memimpin seluruh operasi militer di negara tersebut.
Diskusi juga tengah berlangsung mengenai cara meningkatkan kerja sama antara AS, Jepang, dan Korea Selatan dalam hal komando gabungan.
Yoshimasa Hayashi, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang dalam proses diskusi untuk memperkuat kerja sama militer dengan AS dan Korea Selatan.
Meskipun agenda pertemuan puncak antara Biden dan Kishida masih harus ditentukan, Kishida berkeinginan untuk mendirikan markas komando gabungan sebelum akhir Maret 2025.
Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran serius Jepang terhadap meningkatnya kekuatan militer China dan ancaman yang mungkin ditimbulkannya terhadap Taiwan, yang letaknya berdekatan dengan Jepang.
Baca Juga: AS Lancarkan Serangan Balasan di Irak dan Suriah, Hampir 40 Orang Dilaporkan Tewas
Di Jepang, struktur komando militer AS berbeda dengan di Korea Selatan. Di Korea Selatan, pasukan AS dan Korea Selatan dapat beroperasi di bawah komando terpadu di bawah seorang jenderal bintang empat. Namun, di Jepang, pasukan AS memiliki komandan bintang tiga dan tidak memiliki wewenang atas pasukan Jepang.
Untuk menyeimbangkan hal ini, penunjukan seorang komandan bintang empat dari AS diharapkan akan menjadi langkah yang tepat. Hal ini diyakini dapat membuka jalan bagi persatuan perintah antara Jepang dan AS di masa depan.
Meskipun demikian, beberapa pejabat AS lebih memilih agar komandan baru dari AS di Jepang hanya bertanggung jawab atas latihan gabungan, pelatihan, dan pertukaran informasi dengan markas SDF yang baru. Ini menunjukkan adanya beragam pandangan di dalam pemerintahan AS terkait perubahan tersebut.
Saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Gedung Putih, Dewan Keamanan Nasional AS, atau Departemen Luar Negeri AS terkait rencana tersebut. Namun, diharapkan bahwa Biden dan Kishida akan mengumumkan rencana mereka secara resmi saat pertemuan mereka bulan depan di Washington.
Baca Juga: Pakar: Korea Utara Tengah Mempersiapkan Perang dengan Serius
Jepang memiliki peran yang sangat penting bagi kekuatan militer AS di kawasan Asia. Dengan menjadi tuan rumah bagi 54.000 tentara AS, ratusan pesawat, dan satu-satunya kelompok penyerang kapal induk yang dikerahkan di garis depan Washington, Jepang memungkinkan AS untuk memproyeksikan kekuatan militernya di seluruh kawasan dan menahan pengaruh China.
Pertemuan antara Biden dan Kishida akan melibatkan acara formal, termasuk makan malam kenegaraan dan pertemuan kebijakan. Kerja sama yang lebih erat antara AS dan Jepang terjadi di tengah perubahan paradigma Jepang yang semakin menjauh dari paham pasifisme pascaperang yang telah mendominasi perencanaan pertahanannya selama beberapa dekade terakhir.
Pada akhir tahun 2022, Jepang berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanannya menjadi 2% dari produk domestik bruto.
Baca Juga: Kecam Semua Kritik, Korea Utara Janji Akan Luncurkan Lebih Banyak Satelit Mata-Mata
Hal ini mencakup alokasi dana untuk pengadaan rudal jelajah yang dapat menyerang kapal atau sasaran darat dalam jarak 1.000 km, sebagai respons terhadap dinamika keamanan yang semakin kompleks di kawasan tersebut.