Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Kekhawatiran Dampak ke Militer China
Sejumlah tokoh Kongres AS yang hawkish terhadap China khawatir ekspor chip AI berperforma tinggi dapat memperkuat kapabilitas militer Beijing alasan yang pernah mendorong pemerintahan Biden membatasi ekspor chip canggih ke China.
“Ini kesalahan besar karena menukar keamanan nasional demi keuntungan perdagangan,” ujar Eric Hirschhorn, mantan pejabat senior Departemen Perdagangan AS era Presiden Obama.
Laporan terbaru Institute for Progress menyebut H200 hampir enam kali lebih kuat dibanding H20, semikonduktor AI paling canggih yang saat ini secara legal boleh diekspor ke China setelah pelarangan sementara dicabut oleh pemerintahan Trump tahun ini.
Chip Blackwell generasi terbaru yang digunakan perusahaan AI AS sekitar 1,5 kali lebih cepat dibanding H200 dalam pelatihan model AI, dan lima kali lebih cepat dalam inferensi.
Penelitian Nvidia bahkan menunjukkan Blackwell bisa sepuluh kali lebih cepat daripada H200 pada sejumlah tugas.
Beberapa senator Partai Demokrat mengecam keputusan Trump dan menyebut langkah tersebut sebagai “kegagalan ekonomi dan keamanan nasional yang colossal,” yang dinilai dapat menguntungkan industri serta militer China.
Baca Juga: Cadangan Emas Bank Sentral Tiongkok Kian Gemuk
China Soroti Risiko Keamanan
Otoritas keamanan siber China sebelumnya telah memanggil Nvidia untuk menjelaskan dugaan adanya risiko backdoor pada chip H20, tuduhan yang telah dibantah Nvidia.
Chris McGuire, pakar teknologi dan keamanan nasional yang pernah bertugas di Departemen Luar Negeri AS, menilai perusahaan China kemungkinan tetap akan membeli H200.
“China hampir pasti menerimanya,” ujarnya.
“Menolak H200 hanya akan merugikan mereka sendiri, karena chip itu masih lebih kuat daripada yang bisa diproduksi China saat ini.”
Kebijakan baru ini muncul pada hari yang sama ketika Departemen Kehakiman AS mengumumkan telah membongkar jaringan penyelundupan chip ke China yang mengekspor atau mencoba mengekspor chip Nvidia H100 dan H200 senilai setidaknya US$160 juta pada akhir 2024 hingga awal 2025.
Baca Juga: Ekspor Melesat, Impor Loyo: Sinyal Pemulihan atau Fatamorgana Ekonomi China?
Craig Singleton, analis dari Foundation for Defense of Democracies mengatakan reaksi Beijing masih sulit diprediksi.
“Perusahaan China menginginkan H200, tetapi pemerintah China digerakkan oleh paranoia dan rasa bangga, paranoia terhadap backdoor dan ketergantungan pada chip AS, serta kebanggaan dalam mendorong kemandirian teknologi,” ujarnya.
“Washington boleh menyetujui ekspor, tetapi Beijing tetap harus memutuskan apakah chip itu boleh masuk.”













