Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Gubernur Bank Sentral China pada Rabu (7/5) mengumumkan pemangkasan suku bunga dan suntikan likuiditas ke dalam sistem perbankan, serta langkah-langkah pelonggaran kebijakan moneter lainnya, sebagai upaya untuk mengurangi dampak dari perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Pengumuman ini muncul tak lama setelah pejabat AS dan China mengungkapkan bahwa Sekretaris Keuangan AS Scott Bessent dan kepala negosiator dagang Jamieson Greer akan bertemu dengan pejabat ekonomi utama China, He Lifeng, di Swiss akhir pekan ini untuk mengadakan pembicaraan.
Baca Juga: Malaysia Kenakan Bea Anti-Dumping atas Impor PET dari Indonesia dan China
Bank Sentral China (People's Bank of China) menurunkan biaya pinjaman untuk reverse repurchase agreement tujuh hari, yang merupakan suku bunga acuan mereka, sebesar 10 basis poin (bps) menjadi 1,40%, yang akan berlaku mulai 8 Mei.
Suku bunga lainnya juga akan turun seiring dengan penurunan suku bunga utama tersebut.
Selain itu, tingkat cadangan yang harus disimpan bank sebagai cadangan (reserve requirement ratio/RRR) akan dipotong sebesar 50 bps, yang akan membawa tingkat rata-rata menjadi 6,2%.
Gubernur Bank Sentral China Pan Gongsheng dalam konferensi pers mengatakan bahwa pemangkasan RRR pertama sejak September tahun lalu ini akan melepas likuiditas sebesar 1 triliun yuan (setara dengan US$138 miliar).
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melonjak 3% Disokong Permintaan Eropa & China yang Lebih Tinggi
Pan juga menambahkan bahwa bank sentral akan memperkuat beberapa alat pinjaman struktural.
Para pembuat kebijakan telah mengisyaratkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan moneter sejak akhir 2024, namun mereka menahan diri karena tekanan terhadap mata uang yuan, dengan kekhawatiran akan adanya aliran modal keluar, menurut para analis.
Yuan yang sedikit lebih kuat dalam beberapa hari terakhir mungkin memberi kesempatan bagi bank sentral untuk bertindak.
"Penurunan dolar memberi China lebih banyak ruang untuk melakukan penyesuaian moneter," kata Xu Tianchen, ekonom senior di Economist Intelligence Unit.
"Saya tidak memiliki harapan yang terlalu tinggi terhadap dampak kredit dari langkah-langkah ini," kata Xu, namun ia menambahkan bahwa langkah-langkah ini "memberikan kepercayaan baru, yang akan mendukung pasar saham."
Baca Juga: Ekonomi China: Belanja Libur Mei Naik Tipis, Sektor Jasa Tertekan Perang Dagang
Tarif impor AS yang tinggi terhadap barang-barang China telah mulai mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi negara kedua terbesar di dunia tersebut.
Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi tercepat dalam 16 bulan terakhir, sementara aktivitas sektor jasa berkembang pada laju terlemah dalam tujuh bulan pada April.
China mengambil langkah-langkah untuk mendukung perekonomiannya dan pasar akibat perang dagang dengan AS, kata Xing Zhaopeng, kepala strategis China di ANZ.
"Perekonomian domestik harus cukup kuat sebelum China memulai negosiasi dagang yang panjang," ujar Xing.