Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Warren Buffett lewat Berkshire Hathaway kemungkinan mengalami kerugian besar senilai US$ 8 miliar atau setara Rp 122,7 triliun dalam 3 hari terkait saham keuangannya akibat keruntuhan Silicon Valley Bank yang memicu penjualan besar-besaran di sektor tersebut.
Melansir Markets Insider, menurut pembaruan portofolio terbarunya, perusahaan investor terkenal itu memiliki sekitar US$ 74 miliar saham perbankan, asuransi, dan jasa keuangan pada akhir Desember. Kepemilikan terbesarnya termasuk Bank of America (US$ 33 miliar) dan American Express (US$ 22 miliar).
Harga saham Bank of America jatuh 12% selama Kamis, Jumat, dan Senin. Akibatnya, saham Berkshire di bank menyusut nilainya sekitar US$ 4 miliar dalam tiga hari, dengan asumsi belum menyentuh posisi tahun ini.
Demikian pula, saham American Express yang telah merosot 10% selama tiga hari perdagangan terakhir, memangkas nilai saham Berkshire di titan kartu kredit sebesar US$ 2,6 miliar.
Saham keuangan Berkshire lainnya juga turun, termasuk Ally Financial (-22%), US Bancorp (-20%), Jefferies (-15%), Citigroup (-12%), BNY Mellon (-11%), dan Globe Life (-10%).
Baca Juga: Petuah Bijak Warren Buffett Soal Awan Gelap Ekonomi, Ketakutan, dan Hujan Emas
Menurut analisis Markets Insider, secara keseluruhan, 15 kepemilikan saham keuangannya telah kehilangan nilai US$ 8 miliar dalam tiga hari perdagangan terakhir.
Krisis SVB menandai kegagalan bank AS terbesar sejak 2008. Federal Deposit Insurance Corp. mengambil alih kendali pemberi pinjaman pada hari Jumat, dan Federal Reserve, Departemen Keuangan, dan FDIC setuju untuk menjamin simpanan pelanggan SVB pada hari Minggu.
Keruntuhan bank memicu kekhawatiran bahwa perusahaan serupa dapat gulung tikar di bawah tekanan, membuat investor mengurangi eksposur mereka ke sektor jasa keuangan.
Buffett terkenal berinvestasi untuk jangka panjang, sehingga tidak mungkin terganggu oleh pukulan jangka pendek pada portofolionya. Faktanya, dia dikenal dengan aksinya yang memanfaatkan kepanikan pasar, dan mungkin mengambil kesempatan untuk meningkatkan taruhan finansialnya dengan diskon.
Baca Juga: Tiga Kebijaksanaan yang Dibagikan Warren Buffett di Surat Pemegang Saham Terbaru
"Saya akan terkejut jika Warren tidak menggunakan modal untuk bekerja di bank regional favoritnya sekarang," jelas Bill Ackman, pemburu barang murah lainnya yang dananya memiliki hampir US$ 1 miliar saham Berkshire pada awal 2019, dalam tweet yang ditulis pada hari Senin (13/3/2023).
Perlu juga ditekankan bahwa Berkshire telah memperoleh keuntungan besar yang belum direalisasi pada beberapa kepemilikan keuangan terbesarnya.
Pemicu kolapsnya SVB dan Signature Bank
Melansir Kontan, SVB dan Signature Bank kolaps dengan sangat cepat ketika terlalu banyak nasabah menarik dana mereka dari bank pada saat yang bersamaan.
Melansir MarketWatch pada Selasa (14/3), biasanya jenis risiko paling umum yang dihadapi oleh bank komersial adalah kasus gagal bayar pinjaman.
Namun, yang terjadi pada SVB bermuara pada dua risiko besar lainnya yang dihadapi setiap pemberi pinjaman, yakni risiko suku bunga dan risiko likuiditas.
Bank akan menghadapi risiko bunga ketika suku bunga meningkat dengan cepat dalam periode yang lebih singkat.
Baca Juga: Warren Buffett: Bergaul dengan Orang yang Lebih Baik dari Anda
Adapun risiko likuiditas adalah suatu keadaan ketika bank tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa menimbulkan kerugian.
Dalam kasus SVB, nasabahnya menarik simpanan mereka melebihi nilai yang dapat dibayar dengan menggunakan cadangan kas sehingga untuk membantu memenuhi kewajibannya, bank memutuskan menjual US$ 21 miliar portofolio sekuritasnya dengan kerugian US$ 1,8 miliar.