Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Di utara Jalur Gaza, warga Palestina berjalan melewati lanskap reruntuhan yang hancur akibat bom yang diledakkan dalam pertempuran paling sengit dalam perang tersebut.
"Saya merasa akhirnya menemukan air untuk diminum setelah tersesat di padang pasir selama 15 bulan," kata Aya, yang mengatakan bahwa dia telah mengungsi dari rumahnya di Kota Gaza selama lebih dari setahun.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel, bus-bus menunggu pembebasan tahanan Palestina dari tahanan Israel.
Hamas mengatakan kelompok pertama yang dibebaskan sebagai ganti sandera tersebut meliputi 69 wanita dan 21 remaja laki-laki.
Tahap pertama gencatan senjata mulai berlaku setelah penundaan selama tiga jam saat pesawat tempur dan artileri Israel menggempur Jalur Gaza.
Baca Juga: Kabinet Keamanan Israel Rekomendasikan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza
Serangan mendadak itu menewaskan 13 orang, kata otoritas kesehatan Palestina.
Israel menyalahkan Hamas karena terlambat menyampaikan nama-nama sandera yang akan dibebaskan, dan mengatakan telah menyerang teroris.
Hamas mengatakan penundaan dalam memberikan daftar itu bersifat teknis.
"Hari ini senjata di Gaza telah berhenti beraksi," kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada hari terakhirnya menjabat.
Dia menyambut baik gencatan senjata yang telah luput dari perhatian diplomasi AS selama lebih dari setahun.
"Itu jalan yang panjang," kata Biden. "Tetapi kita telah mencapai titik ini hari ini karena tekanan yang dibangun Israel terhadap Hamas, yang didukung oleh AS," ujarnya.
Bagi Hamas, gencatan senjata dapat memberikan kesempatan untuk bangkit dari bayang-bayang setelah 15 bulan bersembunyi.
Baca Juga: Gencatan Senjata Gagal, Israel Kembali Luncurkan Serangan ke Gaza
Polisi Hamas yang mengenakan seragam polisi biru dengan cepat dikerahkan di beberapa daerah, dan pejuang bersenjata melaju melalui kota selatan Khan Younis, tempat kerumunan bersorak, "Salam untuk Brigade Al-Qassam", sayap bersenjata kelompok itu.
"Semua faksi perlawanan tetap bertahan meskipun ada Netanyahu," kata seorang pejuang kepada Reuters.