Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Pada Rabu (4/10/2023), seorang pejabat senior keamanan Taiwan mengatakan, China memiliki beragam cara untuk melakukan intervensi atau campur tangan dalam pemilihan umum di Taiwan yang akan diadakan pada bulan Januari.
Dia menyebut sejumlah hal mulai dari tekanan militer hingga penyebaran berita palsu, termasuk manipulasi jajak pendapat.
Melansir Reuters, menjelang pemilu, Taiwan secara rutin mengingatkan akan risiko campur tangan dari Beijing, yang mengklaim pulau ini sebagai miliknya meskipun pulau ini telah diperintah secara demokratis.
"Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Tsai Ming-yen, mengungkapkan bahwa cara komunis China campur tangan dalam pemilu sangat beragam," katanya kepada anggota parlemen selama sesi komite parlemen.
Tsai mengatakan, China dapat menggunakan tekanan militer, menekan dalam hal ekonomi, atau berita palsu untuk menciptakan pilihan palsu antara "perang atau perdamaian" dalam pemilu, dengan tujuan untuk menakuti pemilih.
"Kami sangat memperhatikan China Komunis yang berkolaborasi dengan perusahaan jajak pendapat dan lembaga humas untuk kemungkinan memanipulasi hasil jajak pendapat dan menggunakannya untuk campur tangan dalam pemilu," tambahnya, tanpa menyebutkan nama perusahaan mana pun.
Baca Juga: Militer China Merilis Animasi tentang Penyatuan Kembali Taiwan
Kantor Urusan Taiwan China tidak menjawab panggilan yang diajukan Reuters.
Sementara itu, menurut hasil jajak pendapat, Wakil Presiden Taiwan, William Lai, dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa dan menganut pandangan terpisah dari China, merupakan tokoh favorit untuk menjadi presiden berikutnya.
China menganggap Lai dan partainya sebagai kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Taiwan dan telah berkali-kali menolak tawaran perundingan mereka. Lai mengatakan bahwa dia tidak berupaya mengubah status quo di Selat Taiwan, namun hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka.
China telah meningkatkan aktivitas militer di sekitar Taiwan sejak pemilu terakhir pada tahun 2020, dan secara teratur mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur ke laut dan udara di dekat pulau tersebut.
Tsai mengatakan latihan terbaru China di dekat Taiwan, yang dimulai sebulan yang lalu dan digambarkan oleh menteri pertahanan Taiwan sebagai tindakan yang "tidak normal," sebenarnya memiliki fokus yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, seperti latihan pendaratan.
Baca Juga: China Luncurkan Jalur Kereta Peluru Lintas Laut Pertama
Hanya saja, kali ini latihan militer tersebut melibatkan lebih banyak pesawat dan kapal, serta lebih banyak latihan penembakan yang dilakukan oleh Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLARF) yang mengawasi rudal konvensional dan nuklir China.
Tsai mengatakan hal tersebut mungkin terkait dengan upaya Presiden China, Xi Jinping, untuk mengendalikan PLARF, sebuah cabang militer China yang menjadi fokus setelah dua pemimpin paling senior digantikan oleh komandan dari luar pada akhir Juli.
Kementerian Pertahanan China juga tidak merespons pertanyaan dari Reuters.