kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.391   13,00   0,08%
  • IDX 6.590   57,55   0,88%
  • KOMPAS100 980   11,60   1,20%
  • LQ45 768   5,82   0,76%
  • ISSI 201   2,39   1,20%
  • IDX30 397   2,52   0,64%
  • IDXHIDIV20 477   3,27   0,69%
  • IDX80 111   1,01   0,92%
  • IDXV30 117   0,76   0,65%
  • IDXQ30 131   0,94   0,72%

Trump Ancam Hamas: Bebaskan Semua Sandera Sabtu Siang atau ‘Biarkan Neraka Pecah’


Selasa, 11 Februari 2025 / 23:05 WIB
Trump Ancam Hamas: Bebaskan Semua Sandera Sabtu Siang atau ‘Biarkan Neraka Pecah’
ILUSTRASI. U.S. President Donald Trump raises his fist as he steps from Air Force One upon arrival in West Palm Beach, Florida, U.S., February 7, 2025. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa Hamas harus segera membebaskan semua sandera yang mereka tahan di Gaza sebelum tengah hari pada Sabtu (15/2).

Jika tidak, ia akan mengusulkan pembatalan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan "membiarkan neraka pecah."

Trump mengingatkan bahwa Israel mungkin akan mengambil keputusan sendiri dalam masalah ini dan menyebut kemungkinan berbicara dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Juga: Wall Street Turun, Investor Menanti Pidato Testimoni Powell

Dalam sesi wawancara dengan wartawan di Oval Office, Trump mengungkapkan kekesalannya terhadap kondisi kelompok sandera terakhir yang dibebaskan oleh Hamas serta keputusan kelompok militan tersebut untuk menghentikan pembebasan lebih lanjut.

"Menurut saya, jika semua sandera tidak dikembalikan sebelum Sabtu pukul 12 siang, maka ini saat yang tepat. Saya akan mengatakan, batalkan [gencatan senjata] dan semua taruhan dibatalkan, biarkan neraka pecah. Mereka seharusnya dikembalikan sebelum pukul 12 siang pada Sabtu," ujar Trump pada Senin (10/2).

Ia juga menegaskan bahwa semua sandera harus dibebaskan sekaligus, bukan secara bertahap.

"Kami ingin mereka semua kembali."

Trump juga menyebut bahwa ia mungkin akan menahan bantuan kepada Yordania dan Mesir jika kedua negara tersebut menolak menerima pengungsi Palestina yang direlokasi dari Gaza. Ia dijadwalkan bertemu Raja Abdullah dari Yordania pada Selasa (11/2).

Baca Juga: Korea Selatan Meradang Gara-gara Tarif Baja Donald Trump

Proposal Penguasaan Gaza oleh AS

Komentar Trump muncul di tengah kebingungan atas proposalnya yang mengusulkan agar AS mengambil alih Gaza setelah pertempuran berakhir.

Trump menyatakan bahwa warga Palestina tidak akan memiliki hak untuk kembali ke Jalur Gaza di bawah rencananya untuk membangun kembali wilayah tersebut, bertentangan dengan pernyataan pejabatnya sendiri yang sebelumnya menyatakan bahwa pengungsi Gaza hanya akan direlokasi sementara.

Dalam wawancara dengan Fox News, Trump mengatakan bahwa ia yakin dapat mencapai kesepakatan dengan Yordania dan Mesir untuk menerima warga Palestina yang dipindahkan, dengan alasan bahwa AS memberikan "miliar demi miliar dolar setiap tahunnya" kepada kedua negara tersebut.

Baca Juga: Trump Cawe-cawe soal Gaza, Solusi Dua Negara Kandas di Tangan AS?

Saat ditanya apakah warga Palestina memiliki hak untuk kembali ke Gaza, Trump menjawab, "Tidak, mereka tidak akan (memilikinya) karena mereka akan mendapatkan perumahan yang jauh lebih baik."

"Saya berbicara tentang membangun tempat tinggal permanen untuk mereka," tambahnya, sambil menekankan bahwa butuh waktu bertahun-tahun sebelum Gaza bisa kembali layak huni.

Dalam pengumuman mengejutkan pada 4 Februari setelah bertemu dengan Netanyahu di Washington, Trump mengusulkan pemukiman kembali bagi 2,2 juta warga Palestina di Gaza serta pengambilalihan wilayah tersebut oleh AS untuk dikembangkan menjadi "Riviera Timur Tengah."

Kecaman Internasional

Usulan Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ditolak mentah-mentah oleh penduduk Gaza dan negara-negara Arab, serta dikecam oleh organisasi hak asasi manusia dan PBB yang menyebutnya sebagai bentuk pembersihan etnis.

Baca Juga: Trump Sebut AS Mungkin Kehilangan Kesabaran dengan Kesepakatan Gencatan Senjata

Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, menyebut pernyataan Trump bahwa warga Palestina tidak boleh kembali ke Gaza sebagai "tidak bertanggung jawab."

"Kami menegaskan bahwa rencana semacam itu berpotensi memicu gejolak di kawasan," ujar Zuhri kepada Reuters.

Sementara itu, Netanyahu yang sebelumnya memuji proposal Trump, kemudian menyatakan bahwa warga Palestina tetap akan diizinkan kembali.

"Mereka bisa pergi, lalu kembali, mereka bisa direlokasi lalu kembali. Tapi Gaza harus dibangun kembali," ujarnya sehari setelah pengumuman Trump.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, yang akan melakukan kunjungan pertamanya ke Timur Tengah pekan ini, menyebut bahwa warga Palestina harus "tinggal di tempat lain sementara," selama proses rekonstruksi.

Namun, ia tidak secara eksplisit menutup kemungkinan pemindahan permanen mereka.

Departemen Luar Negeri AS belum memberikan komentar atas perbedaan pernyataan antara Rubio dan Trump mengenai rencana tersebut.

Baca Juga: Donald Trump: Saya Berkomitmen untuk Membeli dan Memiliki Gaza

Gencatan Senjata di Ujung Tanduk

Pernyataan Trump muncul di tengah ancaman runtuhnya gencatan senjata yang disepakati bulan lalu antara Israel dan Hamas, setelah Hamas mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pembebasan sandera Israel karena dugaan pelanggaran perjanjian oleh Israel.

Negara-negara Arab, termasuk Mesir dan Yordania, telah memperingatkan bahwa setiap rencana untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka akan mengacaukan stabilitas kawasan.

Rubio bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, di Washington pada Senin.

Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa Abdelatty menegaskan kepada Rubio bahwa negara-negara Arab mendukung warga Palestina dalam menolak rencana Trump.

Kairo khawatir bahwa warga Palestina dapat dipaksa menyeberang ke perbatasan Mesir dari Gaza.

Baca Juga: Trump Ingin AS Kuasai Gaza, Negara Timur Tengah Bisa Bantu Membangun Kembali

Dalam wawancara dengan Fox News, Trump mengatakan bahwa dua hingga enam komunitas dapat dibangun untuk warga Palestina "sedikit lebih jauh dari tempat mereka sekarang, di mana semua bahaya ini terjadi."

"Saya akan memiliki ini. Anggap saja sebagai proyek pengembangan real estat untuk masa depan. Itu akan menjadi tanah yang indah. Tidak perlu menghabiskan banyak uang," ujarnya.

Selanjutnya: Proyek Lumut Balai Unit-2 PGEO Siap Tambahkan Kapasitas 55 MW Menuju Target 1 GW

Menarik Dibaca: Matcha dan 4 Minuman untuk Mencegah Jerawat, Tertarik Coba?



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×