Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyepakati kelanjutan pembicaraan antara kedua negara guna menyelesaikan perselisihan terkait tarif yang telah mengguncang perekonomian global, berdasarkan ringkasan dari pihak AS dan China atas panggilan telepon mereka pada Kamis (5/6).
Trump menegaskan lewat media sosial bahwa tidak ada lagi keraguan mengenai kompleksitas produk rare earth.
“Our respective teams will be meeting shortly at a location to be determined,” tulis Trump.
Kedua pemimpin juga saling mengundang untuk melakukan kunjungan resmi ke negara masing-masing di masa depan.
Baca Juga: Xi Jinping dan Donald Trump Angkat Telepon, Pasar Dagang Lega Sementara
Pernyataan pemerintah China melalui Xinhua menegaskan, "The U.S. side should take a realistic view of the progress made and withdraw the negative measures imposed on China."
Selain itu, Xi Jinping menyambut baik kunjungan Trump ke China kembali, dan Trump mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Latar Belakang Sengketa Tarif dan Isu Lebih Luas
Panggilan telepon ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat akibat sengketa atas mineral rare earth, yang sempat mengancam gencatan senjata perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Pada 12 Mei, kedua negara mencapai kesepakatan 90 hari untuk mengurangi beberapa tarif timbal balik yang diterapkan sejak awal pemerintahan Trump.
Meski pasar saham merespons positif, kesepakatan sementara tersebut belum mengatasi isu-isu yang lebih luas seperti perdagangan narkoba fentanyl ilegal, status Taiwan, dan model ekonomi China yang didominasi negara.
Baca Juga: Dilarang Masuk! Trump Tutup Pintu AS untuk Warga dari 12 Negara Ini
Ketidakpastian dan Perubahan Sikap Trump
Sejak kembali ke Gedung Putih Januari lalu, Trump berkali-kali mengancam berbagai langkah hukuman terhadap mitra dagang, namun sering membatalkannya pada menit-menit akhir.
Sikap ini membuat bingung para pemimpin dunia dan pelaku bisnis yang kesulitan memprediksi kondisi pasar.
Seorang analis perdagangan independen, Dr. Lisa Chen, mengatakan, “Ketidakpastian kebijakan tarif dari AS telah menciptakan ketegangan yang signifikan di pasar global, dan komunikasi tingkat tinggi seperti ini sangat penting untuk menenangkan investor.”
China telah menghentikan ekspor mineral penting sejak April, yang berdampak pada sektor otomotif, semikonduktor, dan pertahanan global.
Beijing memandang mineral ini sebagai alat tekanan politik terhadap pemerintahan Trump.
Baca Juga: Daftar 12 Negara Korban Travel Ban Baru Donald Trump
Ketegangan Berlanjut Meski Ada Kesepakatan Sementara
Kesepakatan 90 hari itu rapuh. Trump menuduh China melanggar kesepakatan dan memperketat pembatasan ekspor teknologi ke China serta menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50%.
China membantah dan mengancam tindakan balasan.
AS menganggap China sebagai rival geopolitik utama dan satu-satunya negara yang mampu menantang kekuatan ekonomi dan militer AS.
Meski begitu, Trump tetap mengagumi Xi, termasuk ketegasan dan kemampuannya bertahan di kekuasaan tanpa batasan masa jabatan seperti presiden AS.
Baca Juga: Airlangga: Indonesia-AS Lanjutkan Negosiasi Putaran Kedua Tarif Trump Pekan Depan
Pentingnya Komunikasi Tingkat Tinggi
China mengatakan panggilan Kamis dilakukan atas permintaan Trump. Kedua pemimpin terakhir berbicara pada 17 Januari 2017, menjelang pelantikan Trump, namun Trump mengklaim telah berbicara dengan Xi sejak menjabat tanpa menyebut waktu dan isi percakapan.
“Pemimpin-pemimpin ini perlu berbicara langsung untuk mengurai kebuntuan yang sulit diselesaikan oleh pejabat tingkat rendah,” kata Dr. Michael Tan, pengamat kebijakan luar negeri.
Pembicaraan ini diawasi ketat oleh investor karena ketidakpastian perang dagang dapat mengganggu pendapatan perusahaan dan rantai pasok, terutama menjelang musim belanja Natal.