Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON/OTTAWA. National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris mengatakan pada hari Kamis (16/7/2020), peretas yang didukung oleh negara Rusia sedang mencoba untuk mencuri vaksin Covid-19 dan penelitian perawatan dari institusi akademik dan farmasi di seluruh dunia.
Melansir Reuters, sebuah pernyataan terkoordinasi dari Inggris, Amerika Serikat dan Kanada menghubungkan serangan itu dengan kelompok APT29, yang juga dikenal sebagai Cozy Bear, yang mereka katakan hampir pasti beroperasi sebagai bagian dari layanan intelijen Rusia.
"Kami mengutuk serangan tercela ini terhadap mereka yang melakukan pekerjaan vital untuk memerangi pandemi virus corona," kata Direktur Operasi NCSC Paul Chichester.
Baca Juga: Kabar baik dari Bio Farma: Vaksin Covid-19 buatan RI bisa tersedia 2022
Peneliti Cybersecurity mengatakan, alat peretas APT29 digunakan terhadap klien yang berlokasi di Amerika Serikat, Jepang, China dan Afrika selama setahun terakhir.
Kantor berita Rusia RIA mengutip juru bicara Dmitry Peskov mengatakan, Kremlin menolak tuduhan London karena tidak didukung oleh bukti yang tepat.
Dalam sebuah pengumuman terpisah, Inggris juga menuduh "aktor Rusia" berusaha ikut campur dalam pemilihan umum 2019 dengan mencoba menyebarkan dokumen yang bocor secara online. Kementerian luar negeri Rusia mengatakan tuduhan itu "tidak jelas dan kontradiktif".
Baca Juga: Obat virus corona yang pertama di dunia berhasil diciptakan Rusia, ini khasiatnya
Inggris diperkirakan akan menerbitkan laporan yang telah lama tertunda mengenai pengaruh Rusia dalam politik Inggris pada minggu depan.
Menteri luar negeri Inggris Dominic Raab mengatakan langkah badan intelijen Rusia yang menargetkan peretasan saat pandemi "benar-benar tidak dapat diterima".
"Sementara orang lain mengejar kepentingan egois mereka dengan perilaku sembrono, Inggris dan sekutunya melanjutkan kerja keras untuk menemukan vaksin dan melindungi kesehatan global," katanya dalam sebuah pernyataan.
Dia mengatakan Inggris akan bekerja dengan sekutu untuk meminta pertanggungjawaban pelaku peretasan.
Baca Juga: 75 negara nyatakan minat bergabung dengan COVAX demi akses menuju vaksin corona
NCSC mengatakan serangan kelompok itu berlanjut dan menggunakan berbagai alat dan teknik, termasuk phishing tombak dan malware khusus.
"APT29 kemungkinan akan terus menargetkan organisasi yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin COVID-19, karena mereka berusaha untuk menjawab pertanyaan intelijen tambahan yang berkaitan dengan pandemi," demikian pernyataan NCSC.
Baca Juga: Rusia klaim berhasil ciptakan vaksin virus corona, ini hasilnya
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Komando Dunia Maya AS juga merilis informasi teknis pada hari Kamis tentang tiga alat peretasan yang digunakan oleh peretas Rusia, dengan nama sandi WELLMAIL, SOREFANG, dan WELLMESS.
Peneliti cybersecurity sektor swasta yang telah melihat malware WELLMESS selama setahun terakhir tidak mengetahui asalnya dari Rusia sampai Kamis kemarin.
Baca Juga: Harap sabar, uji coba vaksin anti-corona Moderna baru rampung akhir Oktober
Menurut tiga penyelidik yang akrab dengan masalah ini, dalam beberapa kasus, WELLMESS ditemukan di dalam perusahaan farmasi AS. Alat ini memungkinkan para peretas diam-diam mendapatkan akses jarak jauh ke komputer yang aman. Mereka menolak menyebutkan nama para korban.
Baca Juga: Mewaspadai Gelombang Kenaikan Kasus Corona yang Tiada Henti
Inggris dan Amerika Serikat mengatakan pada bulan Mei bahwa jaringan peretas menargetkan organisasi nasional dan internasional dalam menanggapi pandemi. Namun serangan seperti itu sebelumnya tidak secara eksplisit terhubung ke negara Rusia.